Halaman

Selasa, 16 April 2013

Boikot Terhadap Tayangan Khazanah Trans7


Beberapa hari ini akun, FP, maupun Group FB yang "berafiliasi" ke Nahdliyyin atau yang punya amaliyah sama, menyerukan boikot terhadap tayangan Khazanah Trans7. Penyebabnya, tayangan bakda subuh ini terindikasi menebar keyakinan ala Wahhabi: Tajsim, Trinitas Tauhid, hingga perkara Tabarruk maupun Tawassul yang dengan curang hanya mengambil pendapat satu pihak lalu mengabaikan pendapat pihak lain. Endingnya: terdapat infiltrasi ajaran Wahhabi, entah dalam tim redaksi acara maupun penasehat program ini

Baiklah, maaf jika saya berbeda dengan sahabat-sahabat lain. Saat menyaksikan program ini, saya banyak memperoleh manfaat. Wawasan juga bertambah karena ada visualisasi melalui video maupun foto. Kalaupun ada beberapa episode yang dianggap melenceng, mendistorsi pendapat ulama, hingga menyinggung kelompok tertentu, hal ini bukan alasan menyerukan penghentian tayangan ini. Jika anda memboikot, silahkan. Itu wewenang anda.

Saya melihat beberapa faktor di dalam peristiwa ini: 

Pertama, media adalah salah satu kaki tangan kapital. Profit adalah tujuan utama. Profit bisa terkerek dengan adanya rating. Jika rating tinggi, iklan akan membanjir. Cara menaikkan iklan bermacam-macam, di antara yang telah lazim adalah mengibarkan kontroversi. Program Khazanah memang bukan di jam prime time, tapi di jam sepi miskin penonton sebagaimana acara bermutu lain: kajian kitab, pengajian dialogis, taushiyah monolog dlsb. Intinya, dalam faktor ini, kontroversi dikibarkan agar rating terkatrol yang berefek pada datangnya pemasang iklan produk Islami: pasta gigi, pakaian muslim/ah, KBIH, parfum, dlsb, maupun produk "sekuler kapitalis sejati" namun dengan memajang tokoh/seleb yang dipersepsikan sebagai "muslim taat", misalnya Opick, Dedy Mizwar, Rhoma Irama, Neno Warisman, Astri Ivo, hingga Mama Dedeh, dll.

Kedua, aspek ideologis. Program ini mungkin dikendalikan oleh tim yang (maaf) awam dalam keilmuan agama, atau bergairah belajar ilmu agama tapi gampang menjustifikasi, namun punya "ideolog" di balik layar, dialah phantom of opera sebenarnya. Dialah yang merancang narasi, ber-istidlal meskipun pakai terjemahan yang menyebabkan cewek naratornya terbata-bata melafalkan istilah Arab, hingga dalam penentuan tema bahasan. Hingga akhirnya, sebagaimana alasan klise ala Wahhabi, mereka mendengungkan slogan klise "pemurnian aqidah" meskipun motto bagus ini seringkali dipakai menyikat pemahaman kelompok lain.

Ketiga, pakai teori kontra-intelijen: "TEBAR DARAH AGAR MUNCUL LINTAH". Ya, jika anda berada di rawa lembab, tebarlah darah, niscaya lintah-lintah yang bersembunyi bakal suka cita bergerak menggeliat berpesta pora menampakkan diri di tengah aroma darah. Apa hubungannya? Begini, tebar isu kontroversial-emosional-sentimentil agar lebih mudah melakukan identifikasi terhadap anggota kelompok tersebut, sekaligus mengukur tensi reaksi dan tonase pengaruh isu. Hal ini dilakukan agar lebih mudah memetakan penguasaan jaringan lawan, pengaruh isu, tingkat reaksi, strategi perlawanan musuh, hingga pada pola "pukul balik musuh menggunakan kekuatan musuh".

Jika saat ini warga NU di dunia maya reaksioner luar biasa dengan tayangan Khazanah dan melaporkan ke KPI, bagi saya ini sungguh kontraproduktif. Alasannya? Silahkan memakai teori yang KETIGA di atas.

Bagi saya, maaf, program Khazanah memiliki manfaat yang sangat banyak. Terlebih acara ini telah menjadi "on the spot" versi Islam. Kalaupun ada beberapa episode yang kontroversoal-nyelekit bagi Nahdliyyin, justru hal ini menunjukkan "kekalahan" kita dalam penguasaan akses-akses strategis di wilayah teknologi-informatika-birokratis. Akses vital yang dikuasai "min-hum", bukan "min-na".

Begitu pentingnya wilayah informasi-komunikasi ini, sehingga PKI dan kelompok lain yang melakukan kudeta di berbagai negara, PASTI membuat gerakan khas: ke Istana Negara/ kediaman presiden sambil menguasai kantor berita, baik stasiun TV maupun Radio, lalu menyabotase tayangan dalam kontrol penuh pengkudeta.Kembali ke bahasan semula, saya lebih sreg jika surat kepada KPI dilayangkan terkait persoalan sinetron sampah, infotainmet yang kerasukan memberitakan Eyang Subur secata simultan, dan berbagai tayangan murahan lain. Ini, bagi saya lebih elegan.


---
Allahu A'lam