Halaman

Minggu, 28 April 2013

Maksud Hati Meniru Perkataan Imam Syafi'i


Ada akun ‘sedulur’ yang maksud hatinya hendak meniru maqalah Imam Syafi’i yang masyhur tentang anggapan beliau sebagai Rafidlah, maka akun tersebut berkata: “Jika Wahabi adalah mencintai Rasulullah, maka saksikanlah bahwa saya adalah Wahabi”, sebuah pengakuan yang jujur.

Kita perhatikan dahulu teks syair Imam Syafii:

إن كان رفضا حب آل محمد فليشهد الثقلان أني رافضي

“Jika (Syiah) Rafidlah adalah mencintai keluarga Muhammad, maka saksikanlah oleh dua alam (Jin dan Manusia), bahwa Saya adalah Rafidlah”.

Dari syair ini kemudian dikembangkan lagi oleh sebagian ulama:
إن كان نصبا حب صحب محمد فليشهد الثقلان أني ناصبي

“Jika Nashibah adalah mencintai sahabat Muhammad, maka saksikanlah oleh dua alam (Jin dan Manusia), bahwa Saya adalah Nashibah”.

Bedanya, syair pertama ditujukan untuk membantah Khawarij yang membenci pada Sayidina Ali dan keluarganya. Dan syair kedua adalah untuk membantah Syiah Rafidlah dan Zaidiyah yang membenci sebagian sahabat Nabi (Baca buku karyanya Abdullah putra Muhammad Ibnu Abdil Wahhab, Jawabu Ahlisunnah wal Jamaah ‘ala Naqdli Kalaami Syiah wa Zaidiyah 1/16)

Maka mestinya akun diatas menyampaikan teks Arabnya demikian:

إن كان وهبا حب النبي محمد فليشهد الثقلان أني وهابي

“Jika Wahabi adalah mencintai Nabi Muhammad, maka saksikanlah oleh dua alam (Jin dan Manusia), bahwa Saya adalah Wahabi”.
Sementara pengakuan yang lebih aneh adalah syair Syaikh Albani:
إن كان تابع أحمد متوهبا فليشهد الثقلان أني وهابي
(أرشيف ملتقى أهل الحديث - 3 - 36 / 134 من كلام جيد للألباني رحمه الله)

“Jika pengikut Ahmad bin Hanbal adalah Wahabi, maka saksikanlah oleh dua alam (Jin dan Manusia), bahwa Saya adalah Wahabi”. (Arshif Multaqa Ahli al-Hadits -3- 36/134, syair yang bagus dari Albani)
Ternyata maksud hati dan tujuannya tidak sesuai dengan realitas. Jika Imam Syafii rela mengaku Rafidlah, namun kenyataannya Imam Syafii mencintai semua keluarga Rasulullah tanpa membedakan apakah dari Sayidina Ali, Sayidina Utsman (sama-sama menantu Rasulullah), atau Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar (sama-sama mertua Rasulullah) dan sebagainya. Artinya antara ‘pengakuan dan kenyataan tidak sama’ dalam diri Imam Syafii. Sebab kalau memang beliau Rafidlah maka akan membenci sahabat yang lain.
Dan akun yang mengaku Wahabi, ternyata memang Wahabi dalam ‘pengakuan dan kenyataannya’. Sebab ukurannya bukan pada cinta pada Nabi Saw, tetapi Wahabi memiliki cirikhas lain, yaitu Takfir ataupun mengkafirkan umat Islam yang tidak sejalan dengan kelompoknya. Berikut uraian beberapa ulama:
Ahli Fikih Syaikh Ibnu Abidiin al-Hanafi berkata:
مطلب في أتباع عبد الوهاب الخوارج في زماننا قوله ( ويكفرون أصحاب نبينا ) علمت أن هذا غير شرط في مسمى الخوارج بل هو بيان لمن خرجوا على سيدنا علي رضي الله تعالى عنه وإلا فيكفي فيهم اعتقادهم كفر من خرجوا عليه كما وقع في زماننا في اتباع عبد الوهاب الذين خرجوا من نجد وتغلبوا على الحرمين وكانوا ينتحلون مذهب الحنابلة لكنهم اعتقدوا أنهم هم المسلمون وأن من خالف اعتقادهم مشركون واستباحوا بذلك قتل أهل السنة وقتل علمائهم حتى كسر الله تعالى شوكتهم وخرب بلادهم وظفر بهم عساكر المسلمين عام ثلاث وثلاثين ومائتين وألف (حاشية رد المختار على الدر المختار لابن العابدين الحنفي - 4 / 262)
“Para pengikut Muhammad bin Abd Wahhab, khawarij zaman sekarang” (mereka mengkafirkan para sahabat Nabi) telah engkau ketahui bahwa ini bukan syarat sebagai aliran Khawarij, tetapi sebagai penjelasan bagi orang-orang yang keluar dari Sayidina Ali. Jika tidak, maka cukup dalam keyakinan mereka akan kekufuran orang-orang yang keluar darinya. Sebagaimana kenyataan di zaman sekarang dalam pengikut Muhammad bin Abd Wahhab yang keluar dari Najed dan menguasai Haramain. Mereka mengaku bermadzhab Hanbali, tetapi mereka berkeyakinan bahwa mereka adalah Muslim yang sebenarnya dan orang-orang yang berbeda dengan mereka adalah orang musyrik. Mereka memperbolehkan membunuh Ahlisunnah dan para ulama’nya, hingga Allah memecah kekuatan mereka, menghancurkan Negara mereka dan berhasil dikalahkan oleh pasukan Islam tahun 1233 H” (Radd al-Mukhtaar, Hanafiyyah, 4/262)

Dan Ahli Tafsir Sayikh ash-Shaawii berkata:
(ونزل في ابي جهل) .... وقيل هذه الاية نزلت في الخوارج الذين يحرفون تأويل الكتاب والسنة ويستحلون بدماء المسلمين واموالهم لما هو مشاهد الان في نظائرهم وهم فرقة بارض الحجاز يقال لهم الوهابية الا انهم هم الكاذبون استحوذ عليهم الشيطان فأنساهم ذكر الله اولئك حزب الشيطان الا ان حزب الشيطان هم الخاسرون نسأل الله الكريم ان يقطع دابرهم (تفسير الصاوي سورة فاطر 3-307)

“Ada yang mengatakan bahwa ayat ini (Fathir: 6) diturunkan bagi Khawarij yang mengganti takwil al-Quran dan As-Sunnah. Mereka menghalalkan darah umat Islam dan hartanya. Sebagaimana bisa disaksikan saat ini yang sama dengan mereka, yaitu kelompok dari Najed yang disebut Wahabi. Mereka ini pendusta, yang dikuasai oleh syetan kemudian ia melalaikan mereka dari mengingat Allah. Mereka adalah kelompok syetan dan sesungguhnya mereka akan merugi. Kita memohon kepada Allah agar memutus keadaan mereka” (Tafsir ash-Shawi, Malikiyah, 4/262)

Inilah hadis yang melarang menuduh kafir pada orang lain:
عَنْ أَبِى ذَرٍّ - رضى الله عنه - أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ ، إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ » (رواه البخارى 6045)

Rasulullah Saw bersabda: “Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan atau kekufuran, kecuali akan kembali kepadanya, jika yang dituduk tidak sesuai dengan tuduhannya” (HR al-Bukhari 6045 dari Abu Dzarr)

Maka bagaimana mungkin Wahabi mengaku cinta pada Nabi Saw, sementara larangannya mereka langgar dengan menuduh kafir pada sesama Muslim?