Halaman

Minggu, 12 Mei 2013

Pembongkar Makam Menyalahkan Dua Nisan


Memang nggak ada kaum yang hobi Usil 99 karat kecuali Wahhabi, apa memang mereka sengaja dipasang chip peneror dijantungnya, yang diprogram untuk mengacaukan sistem estafet keilmuan Assawadul A'dlom?

Hal hal yang seharusnya tidak diungkit ungkit karena telah mentradisi, mereka lempar kepermukaan kaum awam, seakan mereka memang sedang beriklan bahwa sayalah pewaris Imam Mujtahid itu, coba apa sieh untungnya menyalah nyalahkan orang yang ngasih dua nisan dikuburan?

Mungkin masih bisa ditolerir jika nada katanya tidak menghina dan tidak mencomot Ucapan Imam Syafi,i yang dipotong sebelum selesai. Coba anda lihat nuqilan sepotong ini:

السنة أن يجعل عند رأسه علامة شاخصة من حجر أو خشبة أو غيرهما هكذا قاله الشافعي... والمعروف في روايات حديث عثمان حجر واحد والله أعلم

Sunnahnya adalah menjadikan TANDA (nisan) yg jelas DI POSISI KEPALA MAYIT, baik terbuat dari batu, atau kayu, atau benda lainnya. Itulah yg dikatakan oleh IMAM SYAFI'I... Yang ma'ruf dalam beberapa riwayat hadits (yg menerangkan tentang kuburan) Sahabat Utsman bin Mazh'un adalah dengan SATU BATU NISAN. wallohu a'lam. (Kitab Majmu', Karya Imam Nawawi, 5/298).

padahal masih ada kelanjutannya, silahkan diplototi dengan kedua belah mata dan hati yang bening:

( الخامسة ) السنة أن يجعل عند رأسه علامة شاخصة من حجر أو خشبة أو غيرهما هكذا قاله الشافعي والمصنف وسائر الأصحاب إلا صاحب الحاوي فقال يستحب علامتان ( إحداهما ) عند رأسه ( والأخرى ) عند رجليه قال : لأن { النبي صلى الله عليه وسلم جعل حجرين كذلك على قبر عثمان [ ص: 266 ] بن مظعون } كذا قال ، والمعروف في روايات حديث عثمان حجر واحد والله أعلم .

Sunnahnya adalah menjadikan TANDA (nisan) yg jelas DI POSISI KEPALA MAYIT, baik terbuat dari batu, atau kayu, atau benda lainnya. Itulah yg dikatakan oleh IMAM SYAFI'I dan Mushonnif dan para Ashabnya (muridnya) Syafi,i kecuali Murid yang memiliki Kitab Al Khawi, maka beliau berkata, Mustakhab (disukai) memberikan dua Tanda (salah satunya) didekat kepalanya (dan yang lain) didekat kedua kakinya, Alkhawi mengatakan; karena Nabi SAW membuat dua batu diatas kuburan 'Utsman bin Madh'un demikian katanya, adapun yang terkenal, didalam riwayat Khadits 'Utsman hanya satu batu saja, wallahu A'lam.

Hal yang memang debatebel begini nggak perlu memaksakan pendapat lah bi wahhabi...!!!

Makanya jadi kaum itu jangan ngawur, situs situs yang berupa kuburan itu jangan dihancurkan biar Ummat Islam melihat fakta yang ada!!!!

Kalian memang mal'un tenan bi wahhabi!!!!!! Dasar kaum pembongkar Makam.



Hanya Iri Hati Yang Tidak Mengakui


LAGI-LAGI DARI WAHABI - PEMBENCI CUCU NABI

Dalam majalah bermarge Wahabi, Majalah Furqon edisi 100. TH XI/Maret 2013 halaman 14 tertulis:

***********************
“Bahkan dahulu sebelum ada habib sudah banyak model prediket seperti itu, seperti syarif, sayid dan sebagainya. Boleh jadi karena kurang populer maka diganti menjadi habib. Yang paling penting, habib atau bukan tidak akan berpengaruh bagi dirinya maupun orang lain. Yang berguna bagi dirinya adalah kesesuaian hidup dengan al-Quran dan Sunnah. Demikian pula tidak ada gunanya habib untuk menolong siapapun. Yang bisa menolong adalah diri kita sendiri terhadap agama Allah. Jangankah habib bahkan anak seorang nabi saja bapaknya tidak bisa menolong jika anaknya tidak lurus.”
***********************

Sekilas mungkin tulisan itu tak ada masalah, terlebih bagi orang yang masih awam pengetahuan agamanya. Namun jelas sekali dari kalimat tersebut ada usaha dari Wahabi menyumbat rasa cinta para pecinta (muhibbin) kepada kekasihnya yakni Nabi saw dan anak cucu Nabi saw (Habaib).

Wahai para Wahabi yang paling Nyunnah di muka bumi ini: Tidak usahlah menghalang-halangi muslimin untuk saling mencintai. Jangankan mencintai keluarga Nabi, bahkan Rasulullah saw mengajarkan untuk mencintai siapapun. Sudah maulid kalian larang, tabarruk di makam beliau saw kalian larang, bertawassul kepada beliau saw dilarang, berziarah ke makam beliau saw pun dipersulit, sekarang muslimin mau mencintai keturunan beliau saw pun berusaha kalian halang-halangi dengan sedemikian rupa.

Hampir semua akses umat kepada Rasulullah saw selalu ditutupi. Adakah kejahatan yang lebih jahat dibandingkan dengan seorang pecinta dihalang-halangi untuk mencintai apa yang dicintainya? Sudahlah. Antara Dzuriyyat Nabi dan Muhibbin di Nusantara hubungan mereka mesra, mereka saling cinta dan saling rindu, hanya orang-orang hasad saja yang tidak mengakui kemesraan mereka.








Sejarah Wahaby Dan Kesesatannya


SEJARAH WAHABI KESESATANNYA TERHADAP UMMAT ISLAM DUNIA 

Berdasarkan berbagai sumber dan rujukan kitab-kitab yang dapat dipertanggung-jawabkan, diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, I'tirofatul Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain. Nama Aliran Wahabi ini diambil dari nama pendirinya, Muhammad bin Abdul Wahab (lahir di Najed tahun 1111 H / 1699 M). Asal mulanya dia adalah seorang pedagang yang sering berpindah dari satu negara ke negara lain dan diantara negara yang pernah disinggahi adalah Baghdad, Iran, India dan Syam. Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam seperti Ahmadiyah dan Baha'i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.
Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru-gurunya mempunyai firasat yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan. Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati-hati terhadapnya. Ternyata tidak berselang lama firasat itu benar. Setelah hal itu terbukti ayahnya pun menentang dan memberi peringatan khusus padanya. Bahkan kakak kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, ulama' besar dari madzhab Hanbali, menulis buku bantahan kepadanya dengan judul As-Sawa'iqul Ilahiyah Fir Raddi Alal Wahabiyah. Tidak ketinggalan pula salah satu gurunya di Madinah, Syekh Muhammad bin Sulaiman AI-Kurdi as-Syafi'i, menulis surat berisi nasehat: "Wahai Ibn Abdil Wahab, aku menasehatimu karena Allah, tahanlah lisanmu dari mengkafirkan kaum muslimin, jika kau dengar seseorang meyakini bahwa orang yang ditawassuli bisa memberi manfaat tanpa kehendak Allah, maka ajarilah dia kebenaran dan terangkan dalilnya bahwa selain Allah tidak bisa memberi manfaat maupun madharrat, kalau dia menentang bolehlah dia kau anggap kafir, tapi tidak mungkin kau mengkafirkan As-Sawadul A'dham (kelompok mayoritas) diantara kaum muslimin, karena engkau menjauh dari kelompok terbesar, orang yang menjauh dari kelompok terbesar lebih dekat dengan kekafiran, sebab dia tidak mengikuti jalan muslimin.
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab Ahlus Sunah sampai hari ini adalah kelompok terbesar. Allah berfirman : "Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam jahannam, dan jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (QS: An-Nisa 115) Salah satu dari ajaran yang (diyakini oleh Muhammad bin Abdul Wahab, adalah mengkufurkan kaum muslim sunni yang mengamalkan tawassul, ziarah kubur, maulid nabi, dan lain-lain. Berbagai dalil akurat yang disampaikan ahlussunnah wal jama'ah berkaitan dengan tawassul, ziarah kubur serta maulid, ditolak tanpa alasan yang dapat diterima. Bahkan lebih dari itu, justru berbalik mengkafirkan kaum muslimin sejak 600 tahun sebelumnya, termasuk guru-gurunya sendiri. Pada satu kesempatan seseorang bertanya pada Muhammad bin Abdul Wahab, Berapa banyak Allah membebaskan orang dari neraka pada bulan Ramadhan?? Dengan segera dia menjawab, "Setiap malam Allah membebaskan 100 ribu orang, dan di akhir malam Ramadhan Allah membebaskan sebanyak hitungan orang yang telah dibebaskan dari awal sampai akhir Ramadhan" Lelaki itu bertanya lagi "Kalau begitu pengikutmu tidak mencapai satu person pun dari jumlah tersebut, lalu siapakah kaum muslimin yang dibebaskan Allah tersebut? Dari manakah jumlah sebanyak itu? Sedangkan engkau membatasi bahwa hanya pengikutmu saja yang muslim. Mendengar jawaban itu Ibn Abdil Wahab pun terdiam seribu bahasa. Sekalipun demikian Muhammad bin Abdul Wahab tidak menggubris nasehat ayahnya dan guru-gurunya itu.

Silahkan disebarluaskan demi syi’ar islam dengan tidak merubah sumbernya.
Dengan berdalihkan pemurnian ajaran Islam, dia terus menyebarkan ajarannya di sekitar wilayah Najed. Orang-orang yang pengetahuan agamanya minim banyak yang terpengaruh. Termasuk diantara pengikutnya adalah penguasa Dar'iyah, Muhammad bin Saud (meninggal tahun 1178 H / 1765 M) pendiri dinasti Saudi, yang dikemudian hari menjadi mertuanya. Dia mendukung secara penuh dan memanfaatkannya untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Ibn Saud sendiri sangat patuh pada perintah Muhammad bin Abdul Wahab. Jika dia menyuruh untuk membunuh atau merampas harta seseorang dia segera melaksanakannya dengan keyakinan bahwa kaum muslimin telah kafir dan syirik selama 600 tahun lebih, dan membunuh orang musyrik dijamin surga. Sejak semula Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dll. Agaknya dia punya keinginan mengaku nabi, ini tampak sekali ketika ia menyebut para pengikut dari daerahnya dengan julukan Al-Anshar, sedangkan pengikutnya dari luar daerah dijuluki Al-Muhajirin. Kalau seseorang ingin menjadi pengikutnya, dia harus mengucapkan dua syahadat di hadapannya kemudian harus mengakui bahwa sebelum masuk Wahabi dirinya adalah musyrik, begitu pula kedua orang tuanya. Dia juga diharuskan mengakui bahwa para ulama? besar sebelumnya telah mati kafir. Kalau mau mengakui hal tersebut dia diterima menjadi pengikutnya, kalau tidak dia pun langsung dibunuh.
Muhammad bin Abdul Wahab juga sering merendahkan Nabi SAW dengan dalih pemurnian akidah, dia juga membiarkan para pengikutnya melecehkan Nabi di hadapannya, sampai-sampai seorang pengikutnya berkata : ?Tongkatku ini masih lebih baik dari Muhammad, karena tongkat-ku masih bisa digunakan membunuh ular, sedangkan Muhammad telah mati dan tidak tersisa manfaatnya sama sekali. Muhammad bin Abdul Wahab di hadapan pengikutnya tak ubahnya seperti Nabi di hadapan umatnya. Pengikutnya semakin banyak dan wilayah kekuasaan semakin luas. Keduanya bekerja sama untuk memberantas tradisi yang dianggapnya keliru dalam masyarakat Arab, seperti tawassul, ziarah kubur, peringatan Maulid dan sebagainya. Tak mengherankan bila para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab lantas menyerang makam-makam yang mulia. Bahkan, pada 1802, mereka menyerang Karbala-Irak, tempat dikebumikan jasad cucu Nabi Muhammad SAW, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena makam tersebut dianggap tempat munkar yang berpotensi syirik kepada Allah. Dua tahun kemudian, mereka menyerang Madinah, menghancurkan kubah yang ada di atas kuburan, menjarah hiasan-hiasan yang ada di Hujrah Nabi Muhammad. Keberhasilan menaklukkan Madinah berlanjut. Mereka masuk ke Mekkah pada 1806, dan merusak kiswah, kain penutup Ka?bah yang terbuat dari sutra. Kemudian merobohkan puluhan kubah di Ma?la, termasuk kubah tempat kelahiran Nabi SAW, tempat kelahiran Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina Ali, juga kubah Sayyidatuna Khadijah, masjid Abdullah bin Abbas. Mereka terus menghancurkan masjid-masjid dan tempat-tempat kaum solihin sambil bersorak-sorai, menyanyi dan diiringi tabuhan kendang. Mereka juga mencaci-maki ahli kubur bahkan sebagian mereka kencing di kubur kaum solihin tersebut.
Gerakan kaum Wahabi ini membuat Sultan Mahmud II, penguasa Kerajaan Usmani, Istanbul-Turki, murka. Dikirimlah prajuritnya yang bermarkas di Mesir, di bawah pimpinan Muhammad Ali, untuk melumpuhkannya. Pada 1813, Madinah dan Mekkah bisa direbut kembali. Gerakan Wahabi surut. Tapi, pada awal abad ke-20, Abdul Aziz bin Sa?ud bangkit kembali mengusung paham Wahabi. Tahun 1924, ia berhasil menduduki Mekkah, lalu ke Madinah dan Jeddah, memanfaatkan kelemahan Turki akibat kekalahannya dalam Perang Dunia I. Sejak itu, hingga kini, paham Wahabi mengendalikan pemerintahan di Arab Saudi. Dewasa ini pengaruh gerakan Wahabi bersifat global. Riyadh mengeluarkan jutaan dolar AS setiap tahun untuk menyebarkan ideologi Wahabi. Sejak hadirnya Wahabi, dunia Islam tidak pernah tenang penuh dengan pergolakan pemikiran, sebab kelompok ekstrem itu selalu menghalau pemikiran dan pemahaman agama Sunni-Syafi?i yang sudah mapan.
Kekejaman dan kejahilan Wahabi lainnya adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam sahabat-sahabat Nabi SAW yang berada di Ma?la (Mekkah), di Baqi' dan Uhud (Madinah) semuanya diruntuhkan dan diratakan dengan tanah dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah Nabi SAW dilahirkan, yaitu di Suq al Leil diratakan dengan tanah dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta, namun karena gencarnya desakan kaum Muslimin International maka dibangun perpustakaan. Kaum Wahabi benar-benar tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam. Semula AI-Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhammad SAW dimakamkan juga akan dihancurkan dan diratakan dengan tanah tapi karena ancaman International maka orang-orang biadab itu menjadi

Gerakan wahabi dimotori oleh para juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir, syirik dan ahli bid'ah.
Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali kelompok mereka sendiri.

Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri ini.
Mereka mengatakan ajaran para wali itu masih kecampuran kemusyrikan Hindu dan Budha, padahal para Wali itu telah meng-Islam-kan 90 % penduduk negeri ini. Mampukah wahabi-wahabi itu meng-Islam-kan yang 10% sisanya?
Mempertahankan yang 90 % dari terkaman orang kafir saja tak bakal mampu, apalagi mau menambah 10 % sisanya. Justru mereka dengan mudahnya mengkafirkan orang-orang yang dengan nyata bertauhid kepada Allah SWT. Jika bukan karena Rahmat Allah yang mentakdirkan para Wali Songo untuk berdakwah ke negeri kita ini, tentu orang-orang yang menjadi corong kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyembah berhala atau masih kafir. (Naudzu billah min dzalik).

Oleh karena itu janganlah dipercaya kalau mereka mengaku-aku sebagai faham yang hanya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Mereka berdalih mengikuti keteladanan kaum salaf apalagi mengaku sebagai golongan yang selamat dan sebagainya, itu semua omong kosong belaka. Mereka telah menorehkan catatan hitam dalam sejarah dengan membantai ribuan orang di Makkah dan Madinah serta daerah lain di wilayah Hijaz (yang sekarang dinamakan Saudi). Tidakkah anda ketahui bahwa yang terbantai waktu itu terdiri dari para ulama yang sholeh dan alim, bahkan anak-anak serta balita pun mereka bantai di hadapan ibunya. Tragedi berdarah ini terjadi sekitar tahun

Silahkan disebarluaskan demi syi’ar islam dengan tidak merubah sumbernya.
1805. Semua itu mereka lakukan dengan dalih memberantas bid?ah, padahal bukankah nama Saudi sendiri adalah suatu nama bid?ah? Karena nama negeri Rasulullah SAW diganti dengan nama satu keluarga kerajaan pendukung faham wahabi yaitu As-Sa'ud.
Sungguh Nabi SAW telah memberitakan akan datangnya Faham Wahabi ini dalam beberapa hadits, ini merupakan tanda kenabian beliau SAW dalam memberitakan sesuatu yang belum terjadi. Seluruh hadits-hadits ini adalah shahih, sebagaimana terdapat dalam kitab shahih BUKHARI & MUSLIM dan lainnya. Diantaranya: "Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana," sambil menunjuk ke arah timur (Najed). (HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)

BANY HANIFAH adalah kaum nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad bin Saud. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid AIwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad bin Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi SAW yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najed) dan dua tanduk setan, sebagian, ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah Al-Kadzdzab dan Muhammad Ibn Abdil Wahab.
Pendiri ajaran wahabiyah ini meninggal tahun 1206 H / 1792 M, seorang ulama' mencatat tahunnya dengan hitungan Abjad: "Ba daa halaakul khobiits" (Telah nyata kebinasaan Orang yang Keji).





Yang Keganjenan Isbal Cuma Indonesia


Sebenarnya wahaby salafy indonesia saja yang keganjenan suka dan mewajibkan celana cingkrang. Padahal wahaby salafy timur tengah tidak seorangpun yang pakai celana cingkrang, baik dari Imam Masjidil Haram, masjid Nabawi, Ulama Su' sampai rakyat jelata timur tengah tidak ada yang memakai celana cingkrang.
Mereka semua Isbal dengan gamis panjang yang menjulur ke tanah.

Sekarang tugas anak anak Najd membuktikan dengan foto atau video yang menampilkan umara dan ulama su' juga rakyat jelata timur tengah yang pakai celana cingkrang.
Jika tidak mampu, itu pertanda bahwa wahaby salafy indonesia adalah sampah dalam Islam,

itu saja.
Silakan di cari di google atau apa saja.
Saya tunggu sampai kucing bertanduk.

Berpura Pura Lupa Perbedaan Pendapat


Ibn Taimiyah yang merupakan soko guru Wahabi menganggap baik pemakaian tasbih namun al-Albani yang sesama Wahabi menolak keras dengan menganggap berdzikir dengan tasbih adalah bid'ah sesat. Na'udzubillah!.

Begitulah dimana-mana yang namanya ajaran sesat itu selalu tidak luput dari kontradiksi, termasuk ulama-ulama (wahabi)-nya sendiri.

Meskipun masalah ini termasuk furu 'iyyah, tapi kami ingin menjelaskan bahwa sebagaimana pandangan Ibn Taymiyyah, al-Albani dan para propagandis salafi yang lain berbeda pendapat dalam pokok-pokok akidah, mereka juga berbeda pendapat dalam cabang masalah-masalah fiqih. Dengan demikian, setelah itu kita tidak tahu mengapa al-Albani memerangi, memusuhi, mencela, dan me­mandang sesat setiap orang yang bertentangan dengannya dalam masalah apa pun, baik yang kecil maupun yang besar dan berpura-pura lupa pada perbedaan pendapat dalam masalah-masalah akidah yang terjadi di antara dirinya dan Ibn Taymiyyah.

Simak selengkapnya di:
http://www.sarkub.com/2013/ibn-taimiyah-menganggap-baik-dzikir-dengan-tasbih-albani-membidahkannya/

Malaikat Adalah Pembantu Allah


Kekonyolan Wahhabi (Cerita Nyata)

Salah seorang ustadz Wahhabi Indonesia dengan inisial YH ditanya oleh teman saya: "يا أستاذ ، ما حكم من يقول الملائكة أعوان الله ؟ (Ustadz, apa hukum orang yg mengatakan : Malaikat adalah pembantu/penolong Allah?)."

Dengan tegas ia menjawab: "Kafir."

Teman saya lalu menyodorkan selembar foto copy-an kitab Majmuu' al-Fataawaa sambil berujar: "Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmuu' al Fataawaa, jilid 5, hlm. 507 menyatakan bahwa malaikat adalah pembantu dan penolong Allah. Apakah anda berani mengkafirkan Ibnu Taimiyah?."

Ustadz YH melihat lembaran itu sekilas, lalu dengan penuh percaya diri memberikan tanggapan: "هذا سبق الكتابة (Ini adalah kesalahan tulis)."

Begitulah cara Wahhabi berkilah ketika kalah dalam berdebat. Konyol !!!





Gelar Mujahid Diobral


1. Hanya di Indonesia, penggerebekan terduga teroris butuh waktu hampir (bahkan lebih) 8 jam, menghabiskan ribuan butir peluru dengan kaliber berbeda, dan ditayangkan secara LIVE oleh televisi.
2. Hanya di Indonesia, penyerbuan ke markas terduga teroris disaksikan ibu ibu yang menggendong bocah, dalam radius yang relatif dekat dengan TKP.
3. Cuma ada di Indonesia, warga bergerombol dengan wajah ceria di belakang wartawan TV yang meliput baku tembak secara LIVE.
4. Cuma ada di Indonesia, seseorang yang berhasrat melawan Amerika dan Israel tapi ngebom di tanah airnya sendiri.
5. Hanya di Indonesia, gelar mujahid diobral dengan murah meriah, dengan syarat yang sangat ringan, tanpa butuh waktu panjang.
6. Cuma di Indonesia, ada Tim Pengacara Muslim yang tak pernah membela kaum muslim korban pengeboman bom Bali, Marriot, dll.
7. Hanya ada di Indonesia, terorisme menjadi "proyek" menggiurkan kelompok kelompok tertentu.
8. Hanya di Indonesia, perang antara Barat dan Arab terjadi dengan leluasa dan laten, dengan anak bangsa sebagai wayang.
----




Bismillah budal ngarit
Zainal Wong Wongan



Komite Hijaz Untuk Raja Ibn Saud


A. Komite Hijaz

Komite Hijaz Adalah nama sebuah kepanitiaan kecil yang diketuai oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah. Panitia ini bertugas menemui raja Ibnu Saud di Hijaz (Saudi Arabia) untuk menyampaikan beberapa permohonan.

Sejak Ibnu Saud Raja Najed yang beraliran Wahabi menaklukkan Hijaz (Mekkah dan Madinah) tahun 1924-1925, aliran Wahabi sangat dominan di tanah Haram. Kelompok Islam lain dilarang mengajarkan madzhabnya, bahkan tidak sedikit para ulama yang dibunuh. Saat itu terjadi eksodus besar-besaran para ulama dari seluruh dunia yang berkumpul di Haramain, mereka pindah atau pulang ke negara masing-masing, termasuk para santri asal Indonesia.

Dengan alasan untuk menjaga kemurnian agama dari musyrik dan bid’ah, berbagai tempat bersejarah, baik rumah Nabi Muhammad dan sahabat termasuk makam Nabi hendak dibongkar. Dalam kondisi seperti itu umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah merasa sangat perihatin kemudian mengirimkan utusan menemui Raja Ibnu Saud. Utusan inilah yang kemudian disebut dengan Komite Hijaz.

Semula utusan para ulama adalah KH. R. Asnawi Kudus, namun karena beliau ketinggalan kapal dan tidak jadi berangkat, keberatan itu disampaikan melalui telegram. Dikarenakan telegram belum mendapatkan jawaban juga, akhirnya berangkatlah KH. Abdul Wahab Hasbullah sebagai utusan. Secara resmi utusan itu adalah:

1. KH. Abdul Wahab Hasbullah (Surabaya).
2. Syaikh Ghanaim al-Misri (Mesir) akhirnya diangkat sebagai Mustasyar NU.
3. KH. Dahlan Abdul Qohar (Pelajar Indonesia yang berada di Makkah).

Namun yang berangkat dari Indonesia hanya KH. Abdul Wahab Hasbullah. Misi yang diemban komite ini adalah menemui Raja Saudi (tanah Hijaz) Ibnu Sa’ud, untuk menyampaikan pesan-pesan para ulama pesantren di Indonesia, yaitu menyampaikan lima permohonan:

1. Memohon diberlakukan kemerdekaan bermadzhab di negeri Hijaz pada salah satu dari madzhab empat, yakni Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Atas dasar kemerdekaan bermadzhab tersebut hendaknya dilakukan giliran antara imam-imam shalat Jum’at di Masjidil Haram dan hendaknya tidak dilarang pula masuknya kitab-kitab yang berdasarkan madzhab tersebut di bidang tasawuf, aqoid maupun fikih ke dalam negeri Hijaz, seperti karangan Imam Ghazali, Imam Sanusi dan lain-lainnya yang sudah terkenal kebenarannya. Hal tersebut tidak lain adalah semata-mata untuk memperkuat hubungan dan persaudaraan umat Islam yang bermadzhab sehingga umat Islam menjadi sebagai tubuh yang satu, sebab umat Muhammad tidak akan bersatu dalam kesesatan.

2. Memohon untuk tetap diramaikan tempat-tempat bersejarah yang terkenal, sebab tempat-tempat tersebut diwaqafkan untuk masjid seperti tempat kelahiran Siti Fatimah dan bangunan Khaezuran dan lain-lainnya berdasarkan firman Allah: “Hanyalah orang yang meramaikan masjid Allah orang-orang yang beriman kepada Allah.” Dan firmanNya: “Dan siapa yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi orang lain untuk menyebut nama Allah dalam masjidnya dan berusaha untuk merobohkannya.” Disamping untuk mengambil ibarat dari tempat-tempat yang bersejarah tersebut.

3. Memohon agar disebarluaskan ke seluruh dunia, setiap tahun sebelum datangnya musim haji menganai tarif/ketentuan biaya yang harus diserahkan oleh jamaah haji kepada syaikh dan muthowwif dari mulai Jedah sampai pulang lagi ke Jedah. Dengan demikian orang yang akan menunaikan ibadah haji dapat menyediakan perbekalan yang cukup buat pulang-perginya dan agar supaya mereka tidak dimintai lagi lebih dari ketentuan pemerintah.

4. Memohon agar semua hukum yang berlaku di negeri Hijaz, ditulis dalam bentuk undang-undang agar tidak terjadi pelanggaran terhadap undang-undang tersebut.

5. Jam’iyah Nahdlatul Ulama memohon balasan surat dari yang mulia yang menjelaskan bahwa kedua orang delegasinya benar-benar menyampaikan surat mandatnya dan permohonan-permohonan NU kepada yang mulia dan hendaknya surat balasan tersebut diserahkan kepada kedua delegasi tersebut.

Karena untuk mengirim utusan ini diperlukan adanya organisasi yang formal, maka didirikanlah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926, yang secara formal mengirimkan delegasi ke Hijaz untuk menemui Raja Ibnu Saud.

Maka dapat disimpulkan bahwa Komite Hijaz yang merupakan respon terhadap perkembangan dunia internasional ini menjadi faktor terpenting didirikannya organisasi NU. Berkat kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz, aspirasi dari umat Islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah diterima oleh raja Ibnu Saud.

B. Munculnya Komite Hijaz

Diantara penyebab munculnya komite Hijaz adalah jatuhnya Kholifah di Turki pasca Perang Dunia I, dan masuknya Ibnu Sa’ud yang beraliran Wahabi dengan menguasai Makkah yang menjadi sentral ibadah umat Islam. Ketika itu Saudi berkeinginan menegakkan kembali khilafah yang jatuh itu dengan menggelar konferensi umat Islam sedunia, dan dipusatkan di Makkah.

Utusan dari Indonesia yang diakui adalah: HOS. Cokroaminoto dan KH. Mas Mansur, tetapi ikut pula berangkat H. M. Suja’ (Muhammadiyah), H. Abdullah Ahmad (Sumatera Barat), H. Abdul Karim Amrullah (Persatuan Guru Agama Islam).

Kemudian KH. Abdul Wahab Hasbullah dicoret keanggotaannya dengan alasan tidak mewakili organisasi. Akhirnya para ulama pesantren membentuk tim tersebut dengan mengatasnamakan Jam’iyah Nahdlatul Ulama, meski secara resmi organisasinya belum didirikan. Utusan para ulama pesantren dengan nama Komite Hijaz itu menunai hasil gemilang, raja menjamin kebebasan beramaliyah dalam madzhab 4 (empat) di Tanah Haram, dan tidak ada penggusuran makam Nabi Muhammad Saw., dan para sahabatnya.

Sepulang dari Makkah, KH. Abdul Wahab Hasbullah bermaksud membubarkan Komite itu karena dianggap tugasnya sudah selesai. Tapi keinginan itu dicegah oleh KH. Hasyim Asy’ari, komite tetap berjalan, namun dengan tugas yang baru, yaitu membentuk organisasi Nahdlatul Ulama, sebagaimana isyarat yang diberikan oleh Syaikhona Cholil Bangkalan yang dikirimkan melalui salah seorang santrinya, KH. R. As’ad Syamsul Arifin Situbondo.

Sewaktu KH. Wahab Hasbullah akan mengumpulkan para ulama di Surabaya, tampaknya intelejen Belanda sudah mencium tanda-tanda peristiwa besar akan terjadi di kota Surabaya, karenanya mereka tidak memberikan idzin pertemuan. Tetapi para ulama tidak kehabisan cara untuk bisa mengadakan pertemuan tersebut.

Dengan alasan acara “Tahlil” dalam rangka Haul Syaikhona Cholil Bangkalan, para ulama berkumpul di rumah KH. Ridwan Abdullah di Jl. Bubutan VI Surabaya. Di luar rumah para undangan membaca Tahlil, sedangkan di dalam rumah para Kyai menggelar pertemuan untuk mendirikan jam’iyah NU. Selesai Tahlil itulah, tepatnya pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama.

C. NU Membangun Jiwa Nasionalisme

Selain motif Agama, Nahdlatul Ulama lahir karena dorongan untuk Negara Indonesia merdeka. Para ulama berusaha membangunkan semangat nasionalisme melalui berbagai kegiatan keagamaan dan pendidikan, yang maksud dan tujuannya untuk melepaskan belenggu penjajah yang telah berhasil mencengkeram tanah air Indonesia selama hampir tiga setengah abad.

Nahdlatul Wathon sebagai wadah para pemuda NU dijadikan markas penggemblengan pemuda-pemuda. Mereka dididik untuk menjadi pemuda yang berilmu dan cinta tanah air. Setiap akan dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih dulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab, yang telah digubah oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah dalam bentuk sya’ir yang terjemahannya seperti berikut ini:

“Wahai bangsaku wahai bangsaku
Cinta tanah air bagian dari iman
Cintailah tanah air ini wahai bangsaku
Jangan kalian menjadi orang terjajah
Sungguh kesempurnaan itu harus
Dibuktikan dengan perbuatan
Dan bukanlah kesempurnaan itu hanya
Berupa ucapan

Wahai bangsaku yang berfikir jernih
Dan halus perasaan
Kobarkan semangat
Jangan jadi pembosan.”

D. Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Ketika Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk tanggal 29-April-1945, KH. Ahmad Wahid Hasyim duduk sebagai salah seorang anggotanya. Begitu juga KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Masykur, dan KH. Zainul Arifin.

KH. Ahmad Wahid Hasyim bergabung sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, ia tercatat sebagai salah seorang perumus dasar Negara dan turut serta sebagai penanda tangan Piagam Jakarta bersama delapan orang lainnya.

Disaat Belanda datang lagi dengan membonceng tentara Sekutu sambil mengultimatum agar pejuang Indonesia menyerah, NU mengeluarkan fatwa Jihad pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini dikenal dengan sebutan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama itu mampu membakar semangat perjuangan kaum muslimin. Mereka tidak gentar menghadapi kematian, karena perang tersebut dihukumi perang fi sabilillah (perang di jalan agama Allah).

Akhir kata, bahwa berdasar kalender Hijriyyah sekarang ini kita telah memasuki bulan mulia Rajab (syahrullah), tepat tanggal 16 Rajab nanti merupakan Hari Lahir Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Harapan kami semoga Jam’iyyah Nadlatul Ulama semakin eksis dan istiqamah dalam perjuangannya. Aamiin

Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 02 Rajab 1434 H/12 Mei 2013 M




Membatasi Sifat Allah Hanya 20


Bukan seperti para ahlul bid'ah yg membatasi sifat Allah hanya 20, ada yang cuma 13 ada yang cuma 7 saja, manhaj salafy menetapkan semua yang ditetapkan Allah dan Rasulnya.

Mbah Lalar cuma menoleh sebentar, tidak menyahut.

Huuu udah gitu ngakunya ahlussunnah, capek deeeh, Kang mengejek.,...

Siapa yang membatasi Kang? akhirnya Mbah Lalar ngrespon juga.

Huuu pura2 gak tau lagi.....

Lha iya, siapa dan dikitab apa? Mbah Lalar tetap santai.....

Gak ngaku ya, kan kaum Asy'ari dan Maturidi yang bilang, hihihihi

Kalimat penetapannya gimana, dan dikitab apa, terus kamu pernah belajar sendiri atau pernah membacanya?

Alaaaah gak perlu berkelit deh, udah masyhur taeuk..,

Makanya tabayyun dulu pada yg berkompeten sebelum mengklaim, Bicara Mbah Lalar agak keras kali ini.

Kalau begitu langsung aja dijelaskan, kenapa antum antum membatasi sifat Allah?

Itu hanya batas minimal kurikulum resmi dari Asy'ariyah untuk bertauhid, bukan untuk Allah.

Maksudnya?

Maksudnya biar gundulmu itu aman dari segala macam pemikiran penyerupaan, Terang Mbah Lalar dengan Keras.

Ana belum paham Mbah.....

Makanya, ngaji yang tuntas, jangan sok tau!!!

dengan gemetar, Kang Bangkak mencoba bertanya, lalu kenapa tidak mengimani saja semuanya?

Semua yang mana!!! sifat Allah itu sempurna dan tidak terbatas, bagaimana mungkin Manusia yang terbatas mampu memahami yang tak terbatas?!? Mata Mbah Lalar berkilau menyambar muka Kang Bangkak yang mulai memucat.

Kang Bangkak kelihatan plonga plongo...,

Dengan memahami 20 sifat itu sama artinya dengan mengikat kesucian iman, dan termasuk Uluhiyah dan Rububiyyah yang sering kalian bagi-bagi itu.

Kang Bangkak tiba tiba mlongo dan tes.... ilernya ketes tak terasa.




Selasa, 07 Mei 2013

Bukti Kuat Wahaby Pengikut Dajjal


Membaca artikel ustadz Ibnu Abdillah yang mengkaji hadits-hadits tentang keterkaitan khowarij dengan dajjal dan membuahkan hasil yang cukup akurat bahwa kaum wahhabi kelak akan menjadi pengikut dajjal, membuat saya tertarik untukmengkaji lebih dalam data-data dan bukti-buktinya.

Semoga artikel ustadz Ibnu Abdillah tersebut membuka mata hati para korban doktrin wahabi dan mau kembali ke ajaran Ahlus sunnah waljama’ah. Dan pada kesempatan ini, saya akan mengetengahkan kepada pembaca data dan bukti tentang ini yang lebih akurat dan valid lagi, sehingga lengkap sudah data dan bukti bahwa kelak kaum wahhabi/salafi akan menjadi pengikut dajjal bersama-sama kaum yahudi.

Kunci informasi tentang hal ini adalah hadits Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut :

يَخْرُجُ نَاسٌ مِنَ اْلمَشْرِقِ يَقْرَؤُونَاْلقُرْانَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ كُلَّمَا قَطَعَ قَرْنٌ نَشَأَ قَرْنٌ حَتَّىيَكُوْنَ آخِرُهُمْ مَعَ اْلمَسِيْخِ الدَّجَّالِ

“ Akan muncul sekelompok manusia dari arah Timur, yang membacaal-Quran namun tidak melewati tenggorokan mereka. Tiap kali Qarn (kurun /generasi) mereka putus, maka muncul generasi berikutnya hingga generasi akhirmereka akan bersama dajjal “ (Diriwayatkan imam Thabrani di dalamAl-Kabirnya, imam imam Abu Nu’aim di dalam Hilyahnya dan imam Ahmad di dalammusnadnya)

Dalamriwayat yang lain :

وقال عبد الله بن عمر سمعت رسول الله -صلى اللهعليه وسلم- يقول « يخرج قوم من قبل المشرق يقرءون القرآن لا يجاوز تراقيهم كلماقطع قرن نشأ قرن حتى يخرج فى بقيتهم الدجال

“Abdullah bin Umar berkata : “ Aku telah mendengar Rasulullah shallahu ‘alaihiwa sallam bersabda : “ Akan keluar suatu kaum dari arah Timur yang membaca al-Quran namun tidak melewati kerongkongan mereka, tiap kali putus generasi,maka tumbuhlah generasi berikutnya hingga generasi sisa mereka akan keluar besama dajjal “(HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya )

Dalam hadits panjang tentang kaum khowarij, di akhir disebutkan :

لا يزالون يخرجون حتى يخرج آخرهم مع المسيح الدجال

“Mereka akan terus muncul hingga generasi akhir mereka keluar bersama dajjal “ (Ditakrij oleh imam an-Nasai danal-Bazzar)

Kesimpulan pasti hadits-hadits di atas yang tak boleh diingkarinya adalah :

-Kaum khowarij akan memiliki generasi di setiap zamannya
-Generasi akhir kaum khowarij akan menjadi pengikut dajjal
-Ciri-ciri generasi kaum khowarij tersebut antara lain ; Munculnya dari arah Timur, Selalu membaca al-Quran.

06-05-2013

Fanatik Yang Terlalu


Seorang yang beragamanya terkenal fanatik datang tergopoh-gopoh menemui seorang sahabatnya. Kedua orang bersahabat itu memang berbeda tingkah laku. Yang seorang suka bicara ceplas ceplos dan radikal dalam menyatakan sikap, sedang satunya seorang perenung yang berhati-hati tiap berucap.

"Wah, ada berita bagus, sudah kau dengar?"
"Kabar apa?"
"Pengajian al-Qomar itu sudah dibubarkan dan tidak boleh mengadakan kegiatan di daerah kita ini. Pantas, pantas sekali dibubarkan."

"Mengapa dibubarkan?"
"Karena mereka tergolong aliran sesat."
"Sesatnya bagaimana?"
"Ya, mereka berbeda dengan kita."

"Jadi setiap yang berbeda dengan kita adalah golongan sesat? Jangan buruk sangka kepada orang lain tanpa alasan yang jelas! Lakukan saja agama itu dengan ikhlas. Jangan sampai SETAN masuk mencampuri i'tikad keagamaanmu."

"Bagaimana setan bisa mencampuri i'tikadku, sedang i'tikadku jelas memusuhi setan."
"Tadi sudah kurasakan i'tikadmu diwarnai permainan setan."
"Tadi ketika apa?"

"Ketika engkau tampak gembira karena ada pengajian yang tak sepaham denganmu dibubarkan seolah-olah engkau akan masuk surga dengan adanya golongan lain yang jatuh."


--
D. Zawawi Imron, "Fanatik Yang Terlalu", dalam buku "Sate Rohani dari Madura", hlm. 87-88





Minggu, 05 Mei 2013

Air, Dalil dan Wahaby


ILUSTRASI: AIR, DALIL DAN PENGIKUT WAHHABI

Seorang bodoh (W) meminta air untuk menghilangkan dahaganya. Maka diberikanlah oleh si A (temannya) 'Minuman dalam Botol'.

W: "aku minta air" (ngotot minta air, padahal ia sendiri tidak mengerti air, tidak mengerti air minum) sehingga dahaga tidak pernah terobati

_____________

Seorang Wahhabi (W) meminta dalil untuk menghilangkan 'dahaganya' terkait amaliyah umat Islam, di samping ada maksud lainnya. Maka diberikanlah oleh temannya (si A) dalil.

W: "Aku minta dalil, itu bukan dalil" (ngoto minta dalil, padahal ia senditi tidak mengerti dalil, apalagi penggunaan dalil) sehingga dahaganya tidak pernah terobati.






Perpecahan di Tubuh Wahaby Salafy


"WAJAH SEKTE SEMPALAN SARAFI WAHABI YG SEBENARNYA"

Ketika saya datang ke as sofwa di lenteng agung (biara salafy turotsi), ustadz as Sofwa bilang haram hukumnya bermajelis dan bertalim dengan salafy yamani.

Ketika saya hadir di Jalan Haji Asmawi Jakarta selatan (biara salafy wahdah islamiyyah), pendeta-pendeta salafy wahdah bilang salafiyyin aliran turotsi itu hizbi antek PKS dan ikhwanul muslimin yang termasuk 72 golongan yang masuk neraka jahanam.

Ketika saya hadir ditaklim salafy yang ada di masjid Hidayatusalihin Poltangan Pasarminggu (gereja markas geng salafy sururi), ustad-ustadnya bilang kalau salafy wahdah islamiyyah adalah khawarij anjing-anjing neraka yang menggunakan sistem marhala.

Ketika saya hadir di masjid Fatahillah (salah satu sinagog salafy yamani), rabi-rabi salafy yamaninya bilang kalau salafy sururi, salafy haroki, salafy turotsi, salafy ghuroba, salafy wahdah islamiyyah, salafy MTA, salafy persis, salafy ikhwani, salafy hadadi, salafy turoby bukanlah salafy tapi salaf-i (salafi imitasi) yang khawarij, bidah dan hizbi.

Jafar Umar Thalib (salafy ghuroba) bilang kalau Abdul Hakim Abdat (salafy turotsi) itu ustad otodidak yang pakar hadats (najis) bukan pakar hadits.

Muhamad Umar As Seweed (salafy yamani) bilang kalau Jafar Umar Thalib itu ahli bidah dan khawarij. bahkan komplotan as Seweed bikin buku dengan judul ”pedang tertuju di leher Jafar Umar Thalib” yang artinya Jafar Umar Thalib halal dibunuh.

Abdul Hakim Abdat (salafy turotsi) bilang kalau salafy Wahdah Islamiyyah itu sesat menyesatkan dan melakukan dosa besar (hanya) dengan mendirikan yayasan/ organisasi. Organisasi adalah hizbi.

Salafy Wahdah Islamiyyah bilang kalau kalau salafy Yamani dan Abdul Hakim Abdat itu salafy-salafy primitif dan terbelakang yang hanya cocok hidup di zaman purba atau pra sejarah.

Pokoknya tak terhitung lagi perseteruan antar salafy dan ini baru kisah perseteruan antar sesama salafy, belum lagi perseteruan salafy dengan NU, Persis, Muhamadiyyah, Majelis Rasulullah, PKS, DDII, tarbiyyah, Nurul Musthofa, HTI dan banyak lagi.

Ironis sekali, salafy yang mengaku2 anti perpecahan, anti hizbi kok malah berperan sebagai aktor utama perpecahan umat islam.juga sebagai biang kerok kekisruhan dikalangan ahlu sunnah. salafy sendirilah penyebab dakwah salafusalihin menjadi hancur berantakan.

Ironis sekali, rabi-rabi salafy yang konon belajar jauh-jauh dan lama-lama ke timur tengah, tapi di tataran dasar yaitu akhlak, sangat bejat dan arogan.

Mereka tak ubahnya seperti orang dungu narsis yang tenggelam di lautan tumpukan buku-buku tebal.

Yah…keledai ditengah tumpukan buku-buku tebal tetap saja keledai.

Jangan halangi dakwah salaf, biarkan salafy sendiri yang menghalangi dakwah salaf.

Jangan memecah belah barisan salaf, karena barisan salaf akan berpecah belah dengan sendirinya dan secara alami.

Jangan hancurkan salafy, karena cukup salafy sendiri dengan kesadaran penuh dan suka cita menghancurkan dirinya sendiri.

Sudah terlalu lama firqoh salafy dari apapun alirannnya dan sektenya melukai umat islam, melukai ahlu sunnah, melukai ahlu atsar dengan gaya-gayanya yang egomaniak. mungkin sekarang tiba saatnya pembalasan dari Allah azawajalla.

Gara-gara cara dan tabiat orang salafylah yang menyebabkan masyarakat awam menjadi benci terhadap sunnah


Metode Tafsir al-Quran dan al-Hadits


Analogi cara memahami ayat al-Qur’an dan al-Hadits kaum wahaby salafy (pasti selalu serampangan )
Kita ambil contoh lagu yang mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita.

Bangun tidur,,, ku terus mndi
Tidak lupa menggosok gigi
Habis mandi ku tolong Ibu
Membersihkan tempat tidur ku..

Dari disini wahaby akan memahaminya
1. Wajib hukumnya mandi setelah bagun tidur, artinya haram mandi jika belum tidur. Jika mandi selalin dari bangun tidur, maka akan di katakan bid’ah, dan masuk neraka
2. Wajib hukumnya mandi menggunakan pakaian tidur, karena dalam lagu tersebut tidak di jelaskan membuka baju seblum mandi.
Atau tidurnya tidak pakai baju. Maka setelah bangun, bisa langsung mandi.
3. Haram hukumnya mandi pakai sabun mandi dan sampo, karena di dalam lagu tersebut hanya di jelaskan mengosok gigi. Barang siapa mandi pakai sabun dan sampo maka akan menyalahi sunnah lagu di atas
4. Setelah mandi (dalam keadaan basah) karena tidak pakai handuk. Langsung membersihkan tempat tidur. Sebagai bentuk berbakti kepada orang tua. Dalam hal ini haram membersihkan kamar lain . membersihkan tempat tidur ada dua kemungkinan
a. Dalam keadaan telanjang
b. Dalam keadaan baju basah

Note : dalam memahami satu ayat dan hadits (dalam contoh ini lagu) maka wahaby salafy hanya memahami nya secara dzahir ( tekstual ) jika menemukan lagu yang bertentangan dengan penjelasan ( menutup rasa malu) mereka akan tidak jauh kemungkinan akan di dhaifkan bahkan sampai kepada taraf lagu maudhu’ ( palsu ) minimal dhaif. Dan mereka akan meresa bahwa penjelasn mereka adalah penjelasan yang paling benar, siapa saja yg menentangnya maka akan di katakan kafir, syi’ah bahkan langsung di vonis masuk neraka. Wajib mengikut penjelasan mereka, karena menurut mereka inilah enjelasan yang paling sesuai dan paling benar.
Mudahnya : wahaby salafy adalah ajaran sesat lagi menyesatkan, menghalalkan segala cara untuk memurtadkan umat islam. Menjauhkan Umat islam dari ajaran yang haq. Mereka akan memelintirkan ayat al qur’an, memalsukan hadits, berdusta dan merubah kitab kitab ulama clasik. Dan parahnya lagi. Umat islam selain dari faham mereka semuanya kan di vonis kafir, murtad dan minimal sesat.
Maka ayat yang tepat sebagai gambaran ajaran mereka adalah :

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.

Lihatlah tingkah anak anak Najd dalam mencegah yang ma’ruf.
Mereka mengharamkan Baca Al qur’an saat tahlilan, yasinan, wirid, dsb.
Mereka mengharamkan ziarah qubur, membaca al qur’an, dzikir di kubur, dengan mengatakan penyembah kubur
Mereka mengharamkan dzikir dan do’a setelah shalat
Mereka mengharamkan qunut
Dan lain sebagainya

Lihatlah tingkah anak anak Najd dalam menyeru yang mungkar
Menghalalkan zina Misyar, sebagaimana anak anak syi’ah menghalalkan zina mut’ah
Menghalalkan laki laki dewasa menyusu kepada Ibu yang menyusui hanya mengandalkan dzahir hadist
Menghalalkan onani pakai buah buahan kepada wanita
Mewajibkan taqlid kepada Ulama su’ wahaby salafy
Mewajibkan manusia tidak mengikut pendapat Ulama salaf
Mewajibkan memberhalakan fatwa ulama su’ wahaby salafy
Dan lain sebagainya.

Apa yang bisa di andalkan dari wahaby salafy ???
Ilmu kosong
Amal fasid
Ibadah rusak
Aqidah bathil
lalu apa ?

tanya pada rumput yang begoyang !!!




Mari Kembali Kepada Al-Quran dan As-Sunnah


Wahhabi: akhi, ayo kembali ke al-Qur'an dan Assunnah!
Aswaja: Kembali?! Mimpi kali yeeee. Lha wong kami nggak pernah MENINGGALKAN keduanya kok disuruh KEMBALI!

Wahhabi: ikutilah Manhaj Salaf, akhi!
Aswaja: eit, sebentar. Lebih Salaf mana Muhammad Bin Idris Assyafii yang mazhabnya kami ikuti, daripada Muhammad bin Abdul Wahhab yang kalian ikuti?

Wahhabi: antum ini aneh, kenapa kok dikit-dikit merujuk ke kitab kuning? Bukankah kita diperintahkan oleh Rasulullah berpegang teguh pada al-Qur'an dan Assunnah!!
Aswaja: kitab kuning itu karya ulama yang benar-benar berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Assunnah, kami percaya kepada kredibilitas dan kapasitas keilmuan beliau-beliau, maka, ekhmm, kami tak ragu ikut. Lebih baik mana, ikut mereka, atau ikut panjenengan yang, konon, "kembali" ke al-Qur'an dan Assunnah tapi mengolah keduanya memakai otak panjenengan yang, ekhm, saya ragukan KINERJA-nya?

Wahhabi: begini, akhi, berdasarkan Manhaj Salaf yang kami ikuti....
Aswaja: mmma'af, ma'af, bisa diulangi?
Wahhabi: baiklah, akhi, berdasarkan Manhaj Salaf yang kami ikuti....
Aswaja: Manhaj Salaf yang mana sih mas? Sebenarnya yang ikut manhaj salaf itu siapa ya? Kami atau kalian? Maaf lho ya, Salafus Sholeh itu banyak lho, kalian ikut siapa hayo?

Wahhabi: kamilah pelestari dan pelanjut ajaran para Salafus Sholeh!
Aswaja: hwadeeeh. Pelestari? Memangnya barang antik yang mau punah? Coba deh, nanti kita cek, kitab-kitab yang dibahas di pesantren kami, dengan kitab-kitab yang kalian pakai daurah, itu lebih orisinil mana dalam hal ke-salaf-an dan metodologis?

Wahhabi: kami ikuti semua Salafus Sholeh!
Aswaja: Beneran? Salafus Sholeh itu buuuanyak lho. Pilih siapa? Kurun ke berapa? Imam siapa? Muridnya imam siapa? Jangankan antar ulama, satu persoalan fiqih saja Imam Syafi'i punya jawaban yang berbeda, kok. Murid-murid beliau bahkan juga punya dua corak aliran lho. Hayooo, nggak mumet ta? Yang pasti gitu lho. Gembar gembor Pembela Sunnah, kok malah nggak jelas begini sih.

Wahhabi: Akhi memang pandai membantah ya. Apa memang karakter Ahli Bid'ah itu begini? (mulai sinis)
Aswaja: iya deh, kami ahli bid'ah. Lha wong nanggepi pendapat aja kok dibilang membantah. Ini kan bukti kalau panjenengan itu menganggap kami ini kerbau yang gampang dicocok hidungnya. Nggak sependapat dianggap membantah. Aneh betul sih. Terus kalau kami ahli bid'ah, panjenengan mau ngapain? Memusyrikkan kami? Mengkafirkan kami? Silahkan, atau mau bunuh kami? Monggo kalau mau...

Wahhabi: baiklah, daripada debat begini, silahkan datang di daurah kami. Ustadz-ustadz kami insyaAllah akan membimbing akhi sesuai dengan aqidah yang haq!
Aswaja: ngapunten, panjenengan niku ngomongne nopo to nggih? Diskusi begini saja kok dibilang debat sih. Di kitab kuning itu ada istilah qawlani, aqwal, wajhani, dan wujuh, jadi kami terbiasa berdialektika, berbeda pendapat. Nggak alergi. Lha kok malah pamerin ustadz segala. Promo ajaran ya?

Wahhabi: tadi antum nyebut kitab kuning lagi? Hmmmm..Kitab kuning itu bikinan ulama yang bisa salah, bisa luput, dan tidak ma'shum?!
Aswaja: lhadalah, mbok ya mikir to, jika ulama bisa salah apalagi antum, eh sorry, apalagi PANJENENGAN?




Wahaby Salafy Diam Diam Memakai Dalil Qiyas


BEBERAPA SYUBHAT KAUM WAHABI ANTI BID’AH HASANAH

Sebagaimana dimaklumi, dalam posting-posting sebelumnya, tidak ada kaum Wahabi yang mampu membantah dalil-dalil para ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah tentang adanya bid’ah hasanah. Kaum Wahabi bisanya hanya mengajukan syubhat, keganjilan dalam hati mereka, yang menghalangi mereka untuk menerima bid’ah hasanah. Di antara syubhat kaum Wahabi yang menolak bid’ah hasanah adalah komentar sebagian member di FP ini yang akan kami diskusikan dalam bentuk dialog berikut:

WAHABI: “Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan bid’ah adalah setiap perbuatan yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada dalil yang menunjukkan disyari’atkannya perbuatan tersebut” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2/127). Berdasarkan pengertian di atas, maka ada dua poin penting yang dapat diambil : Bid’ah hanya berkaitan dengan masalah agama. Bid’ah adalah perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam agama.”

SUNNI: “Anda tidak mengerti maksud perkataan Ibnu Rajab dalam kitab tersebut. Ibnu Rajab bukan ulama yang anti bid’ah hasanah. Akan tetapi beliau menamakan hukum-hukum yang terkategori sebagai bid’ah hasanah, dengan nama Sunnah. Itu saja maksud pernyataan beliau. Oleh karena itu, Ibnu Rajab mendefinisikan bid’ah hasanah dengan, “perbuatan yang diada-adakan dalam agama yang tidak ada dalil yang menunjukkan disyari’atkannya perbuatan tersebut”. Sebagaimana dimaklumi, berbagai persoalan yang dihukumi sebagai bid’ah hasanah oleh para ulama, memiliki dasar hukum yang syar’i; al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Kaum Wahabi, karena kebodohannya, berpaling dari dalil Ijma’ dan Qiyas. Di sini Ibnu Rajab, tidak menamakan bid’ah hasanah termasuk bid’ah, akan tetapi beliau namakan sebagai Sunnah.”

WAHABI: “Maulid adalah ibadah dan perayaan yang sangat agung yang dapat mendatangkan keridhoan Allah Ta’ala dan syafa’at Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

SUNNI: “Tidak ada ulama yang mengatakan seperti perkataan Anda, bahwa Maulid itu ibadah sepertihalnya shalat, puasa dan haji yang lengkap dengan syarat dan rukunnya. Coba Anda jelaskan, dimana keterangan seperti itu?”

WAHABI: “Maulid Nabi adalah perayaan yang rutin digelar setiap tahunnya sehingga maulid Nabi termasuk hari ‘ied dimana banyak dari kaum muslimin berkumpul di hari tersebut.” Definisi ‘ied Ibnu Taimiyyah mengatakan, “’Ied adalah istilah yang diambil karena berulangnya sesuatu untuk sebuah perkumpulan besar. Bisa jadi yang berulang adalah tahun, pekan, bulan, atau semisalnya” (Fathul Majid, hal. 267). Dengan demikian, maulid dapat dikategorikan sebagai hari ‘ied berdasarkan pengertian di atas karena kesesuaian sifat-sifatnya, sama-sama rutin dan sama-sama merupakan perkumpulan besar kaum muslimin.”

SUNNI: “’Ied yang dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah di atas, adalah ‘Ied dalam pengertian secara bahasa atau lughawi, yaitu sesuatu yang berulang-ulang dan dilakukan secara rutin. Kalau ‘ied kita arahkan dalam pengertian ini, lalu apa yang tidak dinamakan ‘ied dalam kehidupan kita? Bukankah semua aktivitas kehidupan ini berulang-ulang dan dilakukan secara rutin? PERLU ANDA KETAHUI, BAHWA IBNU TAIMIYAH JUGA MENGANJURKAN DAN MEMBENARKAN HARI RAYA MAULID, SEBAGAIMANA KAMI PAPARKAN DALAM POSTING SEBELUMNYA DI FP INI.”

WAHABI: “Penentuan ibadah atau hari ‘ied kaum muslimin membutuhkan dalil. Akan tetapi, untuk menentukan suatu hari itu adalah ‘ied atau bukan maka membutuhkan dalil dari Al Qur’an atau As Sunnah.”

SUNNI: “Perayaan Maulid Nabi SAW, sudah ada dalilnya, baik dari al-Qur’an maupun hadits Nabi SAW, sebagaimana kami bahasa dalam posting sebelumnya.”

WAHABI: “Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, “Tidaklah disyari’atkan bagi kaum muslimin untuk menjadikan (suatu hari sebagai) ‘ied kecuali yang ditetapkan oleh syari’at sebagai hari ‘ied. Hari ‘ied (yang ditetapkan syari’at) tersebut adalah ‘iedul fithri, ‘iedul adha, hari-hari tasyrik dimana ketiga ‘ied tersebut adalah ‘ied tahunan, serta hari jum’at dimana hari jum’at adalah ‘ied pekanan. Selain dari hari-hari ‘ied tersebut, maka menetapkan suatu hari sebagai hari ‘ied yang lain adalah kebid’ahan yang tidak ada asalnya dalam syari’at” (Latho-if Al Ma’arif, hal. 228)”.

SUNNI: “Perkataan Ibnu Rajab di atas tidak mengarah pada kebid’ahan perayaan Maulid Nabi SAW. Sepertinya Anda tidak tuntas membaca Latho-if al-Ma’arif karya Ibnu Rajab. Dalam kitab tersebut, Ibnu Rajab membahas Maulid secara panjang lebar, yang indikasinya beliau membenarkan dan menganjurkan Maulid. Silahkan, Anda baca kitab tersebut.”

WAHABI: “Adakah dalil dianjurkannya maulid?”

SUNNI: “ADA, dan telah kami jelaskan secara detil.”

WAHABI: “Ibnu Taimiyyah berkata, “Sesungguhnya para salaf tidak merayakannya (maulid Nabi-pen) padahal ada faktor pendorong untuk merayakannya dan juga tidak ada halangan untuk merayakannya. Seandainya perbuatan itu isinya murni kebaikan, atau mayoritas isinya adalah kebaikan, niscaya para salaf radhiyallahu ‘anhum lebih berhak untuk merayakannya. Karena mereka adalah orang yang lebih besar kecintaannya dan pengagungannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dibandingkan kita. Mereka -para salaf- lebih semangat untuk berbuat kebaikan” (lihat Iqtidho Shirothil Mustaqim, 2/612-616, dinukil dari Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 198)”.

SUNNI: “Pernyataan Ibnu Taimiyah ini bertentangan dengan pernyataannya sendiri yang membenarkan dan menganjurkan Maulid. Dan pendapat yang menganjurkan ini yang benar, bukan yang melarang. Pernyataan Ibnu Taimiyah yang anda kutip, itu adalah logikan kaum yang anti bid’ah hasanah. Anda belum mematahkan dalil bid’ah hasanah yang kami ajukan, lalu anda mengajukan syubhat untuk menolak bid’ah hasanah, dengan berkata: “Seandainya bid’ah hasanah yang Anda lakukan ini benar, tentu para Salaf akan melakukannya terlebih dahulu.” Jawaban kami terhadap persoalan ini, logika dan pernyataan yang Anda kemukakan, adalah keliru. Karena para sahabat dan ulama Salaf telah mencontohkan banyak bid’ah hasanah, seperti penghimpunan al-Qur’an pada masa Khalifah Abu Bakar, penyatuan Shalat Taraweh oleh Khalifah Umar, Adzan jum’at dua kali oleh Khalifah Utsman, proses arbitrase pada masa Khalifah Ali dan lain-lain. Syubhat yang Anda kemukakan, ajukan saja kepada para sahabat tadi.”

WAHABI: “Seandainya Rasulullah, para sahabat, tabi’in, maupun 4 imam mazhab mau merayakan maulid Nabi, tentu mudah bagi mereka untuk merayakannya. Faktor pendorong merayakan maulid sudah ada, yakni kecintaan mereka kepada Nabi yang teramat besar, ditambah lagi tidak ada faktor yang menghalangi mereka untuk merayakannya. Namun, mengapa mereka tidak merayakannya? Apa sih susahnya maulidan? Hal ini semata karena keyakinan mereka bahwa maulid bukanlah ajaran Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

SUNNI: “Mengapa kaum Salaf yang Anda sebutkan, tidak merayakan Maulid? Jawabannya, karena mereka belum pernah memikirkannya. Sedangkan keyakinan Anda, bahwa maulid bukanlah ajaran Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, itu karena Anda tidak tahu dalilnya. Kalau memang keyakinan Anda benar, bahwa maulid bukanlah ajaran Rasul yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, tolong Anda jelaskan satu dalil yang secara khusus melarang Maulid? Anda pasti tidak bisa.”

WAHABI: “Sebagai penutup, marilah sejenak kita renungi bersama kisah berikut ini. Suatu ketika, Sa’id Ibnul Musayyib rahimahullah melihat seseorang yang shalat lebih dari 2 raka’at setelah terbitnya fajar. Orang tersebut memperbanyak ruku’ dan sujud. Kemudian beliau melarang orang tersebut meneruskan sholatnya. Orang tersebut pun berkata, “Hai Abu Muhammad (panggilan Sa’id Ibnul Musayyib-pen)! Apakah Allah akan menyiksa aku karena sholatku?” Beliau menjawab, “Tidak, akan tetapi Allah akan menyiksamu karena kamu menyelisihi sunnah!”

SUNNI: “Contoh yang Anda kemukakan tidak ada hubungannya dengan Maulid. Anda ini lucu. Katanya dalil itu hanya al-Qur’an dan Sunnah. Tidak ada qiyas dalam ibadah. Tetapi di sini Anda justru menolak Maulid dengan dalil Qiyas juga. Cuma saying sekali, Qiyas Anda tidak nyambung. Mengqiyaskan penolakan Maulid dengan penolakan Sa’id bin al-Musayyab terhadap seseorang yang banyak melakukan shalat sunnah setelah terbitnya fajar. Itu memang tidak ada dalilnya. Kalau Maulid, sangat jelas dalilnya bro.”

WAHABI: “Al Albani berkomentar, “Jawaban Sa’id bin Musayyab adalah senjata ampuh bagi orang yang gemar berbuat bid’ah yang menganggap baik banyak bid’ah dengan alasan isinya adalah zikir dan sholat! Merekapun mengingkari kaum Wahabi dengan memanfaatkan alasan tersebut. Mereka menuduh bahwa Wahabi mengingkari zikir dan sholat! Padahal sejatinya, yang mereka ingkari adalah penyelisihan mereka terhadap sunnah dalam berzikir, sholat, dan sejenisnya” (Irwa-ul Ghalil, 2/236, dinukil dari ‘Ilmu Ushul Al Bida’, hal. 71-72)”

SUNNI: “Sampaikan kepada Al-Albani dan Ali Hasan al-Halabi penulis ‘Ilmu Ushul al-Bida’, atau murid-muridnya, dari kaum Salafi di Indonesia. Katakana kepada mereka, “Anda lucu. Anda ini kaum yang sangat anti Qiyas, tetapi justru di sini diam-diam menggunakan dalil Qiyas untuk menolak bid’ah hasanah? Sementara para ulama Ahlussunnah Wal-Jama’ah, dalam menetapkan bid’ah hasanah semuanya menggunakan dalil nash al-Qur’an dan Hadits.”




Dialog Wahaby Sunni Tentang Maulid



JAWABAN AHLUSSUNNAH TERHADAP BEBERAPA SYUBHAT KAUM WAHABI ANTI MAULID

Wahabi: “Anda hanya menganalogikan perayaan Maulid dengan puasa Asyura’, yang terdapat dalam hadits. Mengapa Anda tidak menganalogikan Maulid dengan dalil dalam al-Qur’an?”

Sunni: “Di dalam al-Qur’an juga terdapat ayat yang dapat dijadikan dasar Maulid Nabi SAW. Allah SWT berfirman:

قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“ Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami Yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezkilah Kami, dan Engkaulah pemberi rezki yang paling Utama". (QS. al-Maidah : 114).

Dalam ayat di atas, Nabi Isa AS berdoa kepada Allah agar dikaruniakan hidangan dari langit yang akan menjadi hari raya bagi umatnya. Yang jelas, lahirnya Nabi Muhammad SAW lebih utama dari pada turunnya hidangan dari langit kepada Nabi Isa AS. Apabila turunnya hidangan dari langit layak dijadikan sebagai hari raya, sudah barang tentu lahirnya Rasulullah SAW lebih layak dijadikan hari raya karena memang jauh lebih mulia dan lebih utama.

Wahabi: “Anda harus tahu bahwa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi SAW itu orang-orang Syiah Isma’iliyah di Mesir, yang termasuk aliran sesat menurut Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Mengapa Anda mengikuti jejak orang-orang Syiah?”

Sunni: “Memang kaum yang anti Maulid seperti Wahabi menjelaskan bahwa yang pertama kali menggelar Maulid itu orang-orang Syiah Isma’iliyah di Mesir. Sementara para ulama yang pro Maulid menjelaskan bahwa yang pertama kali menggelar Maulid itu seorang Raja yang adil, penganut Ahlussunnah Wal-Jama’ah, yaitu Sultan Muzhaffaruddin Kawkabri bin Zainuddin Ali Buktikin. Beliau mengikuti jejak seorang ulama shaleh yang populer, yaitu al-Imam Umar bin Muhammad al-Mulla. Versi kedua ini sepertinya lebih dipercaya, karena disebutkan oleh al-Hafizh al-Suyuthi, dan sebelumnya disebutkan oleh al-Imam al-Hafizh Abu Syamah al-Dimasyqi dalam kitabnya al-Ba’its ‘ala Inkar al-Bida’ wa al-Hawadits, hal. 95-96. Kitab ini sangat dikagumi oleh kaum Wahabi, dan di-tahqiq oleh Masyhur Hasan Salman, penulis Wahabi yang sangat produktif, karena banyak mengupas persoalan bid’ah yang diperangi oleh kaum Wahabi. Meskipun demikian, Abu Syamah masih menganggap perayaan Maulid termasuk bid’ah paling hasanah.

Dan seandainya, versi kaum anti Maulid tersebut benar, bahwa yang pertama kali menggelar Maulid itu orang-orang Syiah Isma’iliyah yang sesat, maka hal ini tidak berpengaruh terhadap hukum Maulid, karena dalil yang diajukan oleh para ulama sangat kuat, sebagaimana kami tegaskan sebelumnya. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ قُرَيْشًا كَانَتْ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ثُمَّ أَمَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصِيَامِهِ حَتَّى فُرِضَ رَمَضَانُ وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ

“Dari Aisyah RA, bahwa kaum Quraisy telah berpuasa Asyura pada masa-masa Jahiliyah, kemudian Rasulullah SAW , memerintahkan umatnya berpuasa sampai akhirnya diwajibkan puasa Ramadhan dan Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang mau berpuasa Asyura berpuasalah, dan barang siapa yang mau tidak berpuasa, maka tidak berpuasa.”

Dalam hadits di atas, dijelaskan bahwa puasa Asyura itu tradisi kaum Quraisy pada masa-masa Jahiliyah. Akan tetapi karena puasa tersebut benar, maka Rasulullah SAW memerintahkan umatnya berpuasa, tidak peduli walaupun puasa tersebut dari Jahiliyah.

Wahabi: “Itu yang menetapkan puasa Asyura kan Rasulullah SAW. Kalau Maulid siapa?”

Sunni; “Kalau Maulid yang menetapkan jelas para ulama besar seperti al-Imam Abu Syamah, Ibnu Taimiyah, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Suyuthi dan lain-lain, dengan dalil Qiyas, yaitu dianalogikan terhadap hadits Rasulullah SAW dan al-Qur’an yang turun kepada Rasulullah SAW. Nah, kan persoalannya selesai. Mau apalagi? Dalam agama kan seperti itu?”

Wahabi: “Hari kelahiran Rasulullah SAW diperselisihkan oleh para sejarawan. Mengapa Anda menetapkan Maulid Nabi SAW pada bulan Maulid?”

Sunni: “Perlu Anda ketahui, bahwa para ulama menggelar Maulid, dasarnya bukan karena hari kelahiran Nabi SAW disepakati pada hari tertentu secara pasti. Coba Anda lihat dalil-dalil para ulama yang kami kutip. Tidak ada yang berdalil, karena hari kelahiran Nabi SAW tanggal sekian secara definitif. Dan para ulama yang menganjurkan Maulid seperti Abu Syamah, Ibnu Taimiah, Ibnu Hajar dan al-Suyuthi, semuanya ahli hadits dan sejarah. Tidak perlu belajar kepada kita soal sejarah kelahiran Nabi SAW.

Hanya saja yang perlu Anda ketahui, hari kelahiran Nabi SAW yang paling dikuatkan oleh para ulama adalah Senin tanggal 12 Rabiul Awal. Ini saja sudah cukup dalam menjadi ketetapan hari perayaan Maulid. Karena masalah Maulid ini bukan persoalan akidah, yang harus menggunakan dalil shahih dan qath’iy.”

Wahabi: “Kelompok Anda dalam mengamalkan suatu amalan, tidak mencari dalil dulu. Tapi mengamalkan dulu, baru mencari dalilnya. Bukan mencari dalilnya dulu, baru mengamalkan.”

Sunni: “Maaf, itu kan menurut Anda. Anda sepertinya tidak tahu sejarah Islam. Anda perlu belajar agama lebih dalam lagi. Apakah Anda kira bahwa yang mengawali tradisi Maulid itu orang awam yang tidak mengerti ilmu agama? Tradisi Maulid itu awalnya dari ulama. Hanya karena sekarang ini, amaliyah umat Islam banyak mendapat serangan dari kelompok Anda, maka para ulama mencarikan dalilnya. Dan itu sudah ada sejak dulu. Sedangkan statemen Anda, bahwa kami mencari pembenaran dari dalil, itu karena Anda, hanya menggunakan dalil kullu bid’atin dholalah. Setiap ada persoalan, anda dalili dengan hadits kullu bid’atin dholalah, dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan pemahaman ahli hadits. Maaf, kami agak keras, karena mengimbangi bahasa Anda.”




Wahaby Juga Membolehkan Berdzikir


"Jika Anda tidak cocok dengan salah satu pengurus NU atau tokoh NU, jangan Anda rusak , jangan Anda hancukan bangunannya... Tapi perkokoh NU-nya, jangan melihat individu-individunya..." Nasihat Maulana al-Habib Luthfi pada salah seoranng pengurus NU yang bertamu ke kediaman beliau.

Demikian juga Muhammadiyah atau apa saja, yang penting ormas yang tidak punya kepentingan membubarkan Indonesia, kita perkokoh saja barisan mereka,siapa tahu memang ada hal yang terlewatkan seperti ini:

ذكر الشيخ محمد بن عبد الوهاب فائدة في ذكر لا إله إلا الله الملك الحق المبين فقال وأخرج الخطيب وأبو نعيم عن علي قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم "من قال في كل يوم مائة مرة لاإله إلا الله الملك الحق المبين كان له أمان من الفقر ومن وحشة القبر واستجلب به الغنى واستقرع به باب الجنة

"Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab menuturkan faidahnya berdzikir "Lailah Illallah Al Malikul Khaqqul Mubin" maka beliau berkata: Al Khorhin dan Abu Nu'aim mengeluarkan dari 'Ali yang mengatakan: Rosulullah bersabda: Sesiapa yang tiap harinya membaca Lailaha Illalah Al Malikul Khaqqul Mubin, orang itu telah aman dari fakir, dan tentram dari kekuatiran Kubur, dan dibukakan kepadanya pintu pintu sorga" (Kitab Ahkamu Tamannil Maut hal 250)

Hadits ini dikeluarkan oleh:

1 ) أخرجه الحافظ الخطيب البغدادي في كتابه تاريخ بغداد 12 / 358
2 ) الحافظ أبو نعيم الأصفهاني في كتابه حلية الأولياء 8 /280 وفي كتابه صفة الجنة حديث رقم 184
3 ) الرافعي القزويني في كتابه التدوين في تاريخ قزوين 4 / 65
4 ) كمال الدين بن أبي جرادة في كتابه بغية الطلب في تاريخ حلب 8 / 3562
5 ) الماليني في كتابه الأربعين 40 / 1

Dan Hadits ini juga dibilang Dlo'if oleh:

1 ) الإمام الدارقطني في كتابه العلل حديث رقم 308
2 ) الحافظ العراقي في كتابه المغني عن حمل الأسفار حديث رقم 1181
3 ) الحافظ أبو نعيم الأصفهاني في كتابه حلية الأولياء 8 /280
4 ) العلامة بن القيم في كتابه حادي الأرواح ص 44
5 ) الحافظ بن رجب كتابه كلمة الإخلاص ص 65
6 ) الألباني في كتابه سلسلة الأحاديث الضعيفة والموضوعة حديث رقم 3310 وقال عنه منكر

Intinya untuk amalan amalan keutamaan ibadah ternyata Imam Muhammad bin Abdil Wahhab mau memakainya. Bahkan mau menyebarkan hadits yang dibilang Munkar oleh Tokoh salafi berikutnya, yaitu Al Albani.

Bagaimana dengan salafi anda? salafi ala Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab apa salafi yang lain?




Fatwa Hasyim Asy'ari Tentang Wahaby/ Salafy


Belakangan ini banyak bermunculan gerakan yang mengatasnamakan Islam. Salah satunya gerakan yang mempunyai misi memurnikan ajaran tauhid. Mereka mulai gencar melakukan ekspansi gerakannya dari berbagai lini dan berbagai macam strategi, baik melalui organisasi di sekolah, organisasi kampus, sampai pada organisasi masyarakat (Ormas) Islam di Indonesia. Gerakan mereka juga tidak luput dari pertarungan politik pemerintah, ekonomi, sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia.

Mereka juga melakukan dakwah dari musholla ke musholla, dari masjid ke masjid, dan dari rumah ke rumah.Kondisi umat Islam di Indonesia sekarang ini semakin kompleks, seiring dengan kompleksnya pemahaman-pemahaman yang diajarkan oleh berbagai macam golongan dengan kepentingan masing-masing.

Kondisi ini sebenarnya sudah lama terjadi di Indonesia diduga pertama kali dibawa masuk ke kawasan Nusantara oleh beberapa ulama asal Sumatera Barat pada awal abad ke-19. Untuk menjawab kegelisahan umat Islam KH. Hasyim Asy'ari sudah mewanti-wanti umat agar berhati-hati terhadap gerakan ini. Sebagaimana disebutkan dalam Mukaddimah kitab ini: "Saat ini, kaum muslimin sangat membutuhkan doktrin-doktrin ajaran yang benar, karena sungguh telah terjadi pencampuradukan ajaran dikalangan orang-orang yang mulia (para pemegang otoritas keagamaan) dengan orang-orang awam yang merendahkan martabat keagamaan, hingga tampak terjadi pembiasan, kesamaran antara yang “Haq” danyang “Bathil”. Banyak orang yang bodoh mulai berani maju berfatwa, padahal wawasan dan pemahaman mereka terhadap kitabullah dan sunnah Rasulillah SAW. sangat cupet dan kerdil." Untuk lebih lengkapnya berikut ulasannya dalam Kitab Risalah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Hal 9:

و منهم فرقة يتبعون رأي محمد عبده و رشيد رضا ، ويأخذون من بدعة محمد بن عبد الوهاب النجدي ، وأحمد بن تيمية وتلامذيه ابن القيم الجوزي و عبد الهادي

Di antara mereka (sekte yang muncul pada kisaran tahun 1330 H.), terdapat juga kelompok yang mengikuti pemikiran Muhammad Abduh dan rasyid Ridha. Melaksanakan kebid'ahan Muhammad bin Abdul Wahhab al-najdy, Ahmad bin Taimiyah serta murid-murid Ibnul Qoyyim al-jauzy dan Abdul hadi.


فحرموا ما أجمع المسلمون على ندبه ، وهو السفر لزيارة قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وخالفوهم فيما ذكر وغيره

Mereka mengaharamkan hal-hal yang telah disepakati oleh orang-orang Islam sebagai sebuah kesunnahan, seperti bepergian untuk menziarahi makam Rasulullah SAW serta berselisih dalam kesepakatan-kesepakatan lainnya.

قال ابن تيمية في فتاويه : وإذا لا اعتقاد أنها أي زيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم طاهة ، كان ذلك محرما بغجماع المسلمين ، فصار التحريم من الأمر المقطوع به

Bahkan Ibnu Taimiyah menyatakan dalam Majmu' Fataawa-nya, ".................. dengan demikian, karena berkeyakinan (yakni mengunjungi makam rasulullah sebagai sebuah bentuk ketaatan), mereka telah jatuh pada keharaman yang telah disepakati oleh umat Muslim. Karenanya, keharaman adalah sesuatu yag mestinya ditinggalkan................."

قال العلامة الشيخ محمد بخيت الحنفي المطيعي في رسالته المسماة تطهير الفؤاد من دنس الإعتقاد : وهذا الفريق قد ابتلى المسلمون بكثير منهم سلفا وخلفا ، فكانوا وصمة وثلمة في المسلمين وعضوا فاسدا ،

Al-Allamah Syeikh Muhammad Bakhit al-Hanafi al-Muth'i menyatakan dalam kitabnya, Tathirul Fuad min danasil I'tiqood (Pembersihan hati dari Kotoran Keyakinan) bahwa, "kelompok ini sungguh menjadi cobaan berat bagi umat Muslim, baik salaf maupun kholaf. Mereka adalah duri "dalam daging/musuh dalam selimut" yang hanya merusak keutuhan Islam.

يجب قطعه حتى لا يعدى الباقي ، فهو كالمجذوم يجب الفرار منهم ، فإنهم فريق يلعبون بدينهم يذمون العلماء سلفا وخلفا

Maka wajib menanggalkan/menjauhi (penyebaran) ajaran mereka agar yang lain tidak tertular. Ibarat anggota tubuh terkena penyakit yang menular, kemudian ia harus memotongnya agar tidak menjalar atau menular pada anggota tubuh yang lain. Firqoh ini seolah-olah seperti penyakit lepra yang harus kita hindari sejauh mungkin .

ويقولون : إنهم غير معصومين فلا ينبغي تقليدهم ، لا فرق في ذلك بين الأحياء والأموات يطعنون عليهم ويلقون الشبهات ، ويذرونها في عيون بصائر الضعفاء ، لتعمى أبصارهم عن عيوب هؤلاء


Mereka menyatakan, "para ulama bukanlah orang-orang yang terbebas dari dosa, maka tidaklah layak mengikuti mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal." Mereka menyebarkan (pandangan/asumsi) ini pada orang-orang bodoh agar tidak dapat mendeteksi kebodohan mereka.

ويقصدون بذلك إلقاء العداوة والبغضاء ، بخلولهم الجو و يسعون في الأرض فسادا ، يقولون على الله الكذب وهم يعلمون ، يزعمون أنهم قائمون بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر ، حاصون الناس على اتباع الشرع واجتناب البدع ، والله يشهد إنهم لكاذبون


Maksud dari propaganda ini adalah munculnya permusuhan dan kericuhan. Dengan penguasaan atas jaringan teknologi mereka merusak tatanan masyarakat. Mereke menyebarkan kebohongan mengenai Allah, padahal mereka menyadari kebohongan tersebut. Menganggap dirinya melaksanakan amar makruf nahi munkar, mereccoki masyarakat dengan mengajak untuk mengikuti ajaran-ajaran syariat dan menjauhi kebid'ahan. Padahal Allah maha mengetahui, bahwa mereka berbohong.
( Selengkapnya: http://www.4shared.com/office/rrUUACZr/TERJEMAH_RISALAH_AHLUSSUNNAH_W.html )

Imam Ahmad bin Hambal dan Ziarah Kubur


Imam Ibrahim al Harbi adalah seorang ulama yang semasa dengan Imam Ahmad bin Hanbal, seorang ahli hadits bahkan juga seorang mujtahid. Beliau adalah salah seorang yang direkomendasikan oleh Imam Ahmad agar anaknya berguru kepadanya.

Dan Imam Al Buhuti Al Hambali mengutip perkataan Imam Ibrohim Al Harbi ini dalam kitabnya yang berjudul "Kasy-syaful-Qina' 2/69" sebagai berikut:

”قَالَ إِبْرَاهِيْمُ الْحَرْبِيُّ: الدُّعَاءُ عِنْدَ قَبْرِ مَعْرُوْفٍ الْكَرْخِيِّ التِّرْيَاقُ الْمُجَرَّبُ”

"Berkata Ibrohim Al Harbi: BERDOA DI MAKAM MA'RUF AL KARKHI ADALAH PENGOBATAN YANG MUJARAB"

Dan disebutkan pula dalam kitab Tarikh Baghdad 1/22 hal yang sama sebagai berikut:

أخبرنا إسماعيل بن أحمد الحيري قال أنبأنا محمد بن الحسين السلمي قال سمعت أبا الحسن بن مقسم يقول سمعت أبا علي الصفار يقول سمعت إبراهيم الحربي يقول قبر معروف الترياق المجرب

Gak usah diterjemahkan, sama kok isinya, cuma bedanya dengan sanad lengkap. dan dalam Imam Al Dzahabi juga menyebutkan hal yang sama dalam kitabnya Sayru A'lamin Nubala 9/343 dengan tidak menyebutkan sanadnya, tapi dalam kitab yang sama 17/539 menyebutkannya dan sama jalur periwayatannya.

Namun melihat fakta para Imam meriwayatkan atau mengatakan seperti ini, mereka yang suka menuduh para peziarah dan tawassul dengan tuduhan penyembah kubur, membuat bantahan-bantahan yang sama sekali tidak mencerminkan argumen yang kukuh dan dipercaya.