Halaman

Minggu, 02 Juni 2013

Hukum Mencium Tangan Orang Shalih


oleh Kaheel Baba Naheel

Terus terang saya dulu mengira berjabat tangan lalu menciumnya itu adalah tradisi atau budaya Indonesia saja. Seperti ini lumrah terjadi disekitar saya, yaitu mencium tangan orang orang yang dihormati. Misalnya murid terhadap gurunya, anak terhadap orang tuanya dan menantu terhadap mertuanya dll. Dulu kira kira tahun 2008-nan saya di Makkah suka chating dengan menggunakan mig33. Disitu saya di invite masuk ke sebuah group diskusi. Pada suatu malam, tepatnya malam rabu, saya berdiskusi dengan teman chating yang berpaham salafi, yaitu dia menganggap bahwa mencium tangan disaat berjabat tangan itu tidak ada landasannya.

SILAHKAN ANDA SIMAK ISI DISKUSINYA DIBAWAH INI:

Saya:”Kenapa anda menentang praktik cium tangan disaat bersalaman?”

Dia:”Iya, karena itu tidak ada tuntunannya !!

Saya:”Lah, maksudnya tuntunannya siapa mas?”

Dia:”Ya nabi kita Muhammad dong !!

Saya:”Kok bisa begitu? Inikan bukan ibadah? Bukan lagi masalah agama?”

Dia:”Iya, tapi ngapain hingga mencium tangan seperti itu segala?”

Saya:”Mas.. kami melakukan ini sebagai bentuk penghormatan… saya kira ini masalah akhlakul karimah?”

Dia:”Kalau anda menganggap ini termasuk akhlakul karimah, maka anda harus meniru orang yang akhlaknya paling mulia dimuka bumi ini, yaitu Nabi Muhammad —————————————–

* Terus terang, penjelasan dia yang ini, bikin aku tambah bingung dan tambah tersudut. Sehingga memaksa saya saat itu, mencari dan membuka kitab kitab hadits, guna untuk mencari referensi CIUM TANGAN SAAT BERJABAT TANGAN.

————————— Lanjutannya…

Saya:”Ok… ini mas saya menemukan sebuah hadits yang berhubungan dengan masalah ini, yaitu:

Cerita Ibnu Umar bersama sahabat yang lain, mereka mencium tangan Nabi?”

Dia:”Yang ceritanya mereka lari dari peperangan itukah?

_____________________

INILAH HADITS yang saya maksud itu:

Dari Ibnu Umar ra. Dia bercerita disaat dia menjadi salah satu pasukan infantri Rasulullah saw. Dia menuturkan:” Pada suatu hari kami berada dalam suatu pertempuran. Orang orang pada berlari menjauh dari peperangan tersebut karena mengalami keadaan yang delematis dan saya termasuk dari mereka itu. Kemudian dia melanjutkan ceritanya:”Kemudian kami semua akhirnya duduk untuk menghadap kepada baginda Rasulullah saw menjelang shalat subuh. Lalu keluarlah Rasul hendak menunaikan shalat subuhnya, maka kami berdiri dan kami berkata:” :”Kami orang orang yang lari (dari peperangan)pent. Kemudian nabi menghampiri kami seraya berkata:”Tidak !! tapi kalian adalah orang orang yang mundur/lari, tapi untuk bergabung dengan yang lain (siasat perang-pent). Ibnu Umar ra berkata:”Maka kami langsung mendekati beliau lalu kami mencium tangannya.

———————————————-

Saya:”Iya mas… bagaimana tuh?” saya kira ini sudah jelas?”

Dia:” Hadis diatas diriwayatkan oleh Abi Dawud (2647)

Imam Tirmidzi (1716)

Imam Ahmad (2/70),

Imam Baihaqi (9/73)

Hadits ini lemah mas !! coba anda lihat dalam kitab “DHOIF ABI DAWUD” milik syekh Al Bani.

Saya:”Tapi hadits lemah khan boleh diamalkan?” setahu saya begitu…

Dia:”Iya, tapi tidak bisa anda buat landasan hukum atau hujjah !!

Saya:”Lemahnya hadits ini terletak pada apanya mas?”

Dia:”Barangkali dari rawinya mas, anda cek aja langsung dalam kitabnya syekh Albani tsb. Kok repot !!

Saya:”Lantas bagaimana dengan hadits Tsabit yang mencium tangan sahabat Anas bin malik?” bukankah ini cukup untuk menjadi tendensi sebuah respek seorang Tabi’in terhadap sahabat Nabi?”

________________________

INILAH HADITS yang saya maksud itu:

Ibnu Uyaynah bercerita dari Ibnu Jad’aan: Tsabit bertanya kepada Anas bin malik ra:”Apakah anda pernah menyentuh Rasulullah saw dengan tangan anda?’ Anas ra menjawab:”Ya! Maka si Tsabit langsung mencium tangannya.

—————————-

Dia:”Itu diriwayatkan oleh imam Ahmad dan itu derajatnya hadits dhoif juga mas !!

Saya:”Tapi hadits tersebut juga diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufradnya…

Dia:”Iya saya tahu, dalam kitab Bukhari yang berjudul Adabul Mufrad ada juga haditsnya yang dhoif, jadi hadits yang anda kemukakan itu statusnya lemah mas… coba anda lihat dalam kitab “DHO’IFU ADABUL MUFRAD hlm.973 karya syekh Albani.

Ini saya lihat langsung dari kitabnya.. jika berkenan, datang kemari mas… hahahaha..

——————————————————

*Semua dalil saya, dia mentahkan dengan dalih di dhoifkan oleh syekh Albani.

Berarti saya harus menemukan hadits nabi yang tidak di dhoifkan oleh syekh Albani.

Akhirnya jerih payah upayaku ini berhasil…

——————————————————

Saya:”Mas ini saya menemukan hadits pamungkasku, mohon dibaca dengan teliti dan seksama: (saya ketik duluan lalu saya copas)

“Abdurrahman bin Razin bercerita: Kami berjalan jalan di daerah Ribdzah kemudian ada yang mengatakan kepada kami: Disini Salmah bin Al Akwa’ tinggal (sahabat nabi)pent. Kemudian saya mendatangi beliau. Saya mengucapkan salam kepadanya. Dia mengeluarkan tangannya seraya berkata:”Saya pernah berbai’at kepada Nabi dengan kedua tangan saya ini. Lantas dia mengulurkan telapak tangannya yang besar seakan akan seperti telapaknya unta, maka kami langsung berdiri meraih telapak tangan beliau kamudian kami menciumnya.

————————————————–

Saya:”Gimana mas?” Bukankah ini telah disebutkan oleh ibnu hajar dalam Fathul Barinya dengan mengakatan bahwa hadits ini “Hasan”.

Dia:”Maaf, anda mengambil dari mana hadits tersebut?”

Saya:”Lha khan sudah saya bilang mas… coba anda cek kitab Fathul Bari milik ibnu hajar. Tepatnya juz 11 hlm.57.

Dia:”Yang lain aja mas… dari kitab hadits apa gitu !!

Saya:”Hahahaha.. tidak punya kitab Fathul Bari ya mas?”

Dia:”Sekali lagi saya tanyakan, kalau tidak dijawab, akan ku hentikan diskusi ini !!

Saya:”Wah… kok emosi gitu mas… sudahlah… apakah komentar derajat “HASAN” dalam hadits tersebut dari ibnu hajar masih belum bisa anda terima?”

Dia:”Sudahlah… ada di kitab hadits mana hadits tersebut????

Saya:”Baiklah… coba anda buka kitab ADABUL MUFRAD hadits nomor 973.

Dia:”Yaahhh… kitab Adabul Mufrad lagi…. Khan sudah saya bilang, meski itu karangannya imam Bukhari tapi tidak sama dengan kitab SHOHIH nya mas… jangan jangan nanti dhoif lagi !! hahaha..

Saya:”Mas…. Jangan ngomong terus dong… cepat lihat sana !!

Dia:”Iya… ini sudah bisa aku temukan….

Saya:”Bagaimana?” apa komentar syekh Albani mengenai hadits tersebut?” katanya anda tadi punya kitab seleksi hadits Adabul Mufrad milik syekh Albani…?

Dia:”Iya… beliau mengatakan hadits ini berderajat “HASAN”

Saya:’Hahahahha.. gimana mas, puaskah??? Masihkan anda berkomentar? Atau mau meremehkan?” berarti hadits tersebut tidak dhoif khan?”

Dia:”Iya…

Saya:”Hahahaha… saya kira diskusi kita ini selesai mas… Namun jika anda masih kurang puas dengan ini semua, anda tidak suka fenomena cium tangan dalam masyarakat kita, atau anda tidak suka dicium tangannya oleh orang lain, ya sudah… cukup anda diam… jangan menyalahkan mereka, bahkan jangan hingga membid’ahkan kami yang melakukan itu… Saya kira ini adalah sifat dan sikap terpuji anda dan golongan anda !!

Dan ternyata cium tangan saat berjabatan itu ada tuntunannya !!

Dia:”Iya… Assalamu’alaikum…

Saya:”Lho kok??? Wa’alaikumussalam…

S E L E S A I




Sekilas Ciri Tentang Wahaby Mujassimah


Fakta sekarang pada kalangan Wahabi adalah mereka merasa tersinggung bila disebut Wahabi, mereka anggap nama itu nama yang sangat jelek. Mungkin karena sejarah berdarah mereka (pembunuhan besar-besaran terhadap ummat Islam di Mekkah dan Madinah) yang kelam.

Atau mungkin karena menghindari ulama sejagat dari menggugat mereka hingga akhirnya berganti nama menjadi Salafi, padahal ajaran mereka sangat bertentangan dengan pemahaman para ulama salaful ummah, Allah-lah yang tahu apa sebenarnya alasan mereka tidak lagi menerima nama Wahabi ini.

Sekilas Ciri-Ciri Salafi Wahabi

Ciri-ciri berikut juga merupakan point-point dari ajaran mereka yang sering digunakan untuk memperdaya ummat, sebagai berikut:

1. Membagi Tauhid kepada 3 kategori, yakni Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma’ was-Sifat.
2. Sering bertanya di mana Tuhan.
3. Meyakini Tuhan punya tangan (anggota badan).
4. Meyakini Tuhan punya muka (wajah asli).
5. Meyakini Tuhan punya arah dan tempat dan berada (bersemayam) di atas ‘Arasy.
6. Meyakini Tuhan punya lambung/rusuk.
7. Meyakini Tuhan turun dari ‘Arasy ke langit di malam hari.
8. Meyakini Tuhan punya betis.
9. Meyakini Tuhan punya jari-jemari.
10. Mendakwa dirinya bermanhaj Salaf dalam aqidah (tapi sangat bertentangan dengan aqidah Ulama Salaful ummah).
11. Memahami nash-nash mutasyabihat menurut terjemahan bebas, tanpa merujuk ke kitab ulama.
12. Mengkafirkan pengikut Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi (dua Imam Ahlussunnah wal Jama’ah).
13. Mengkafirkan Sufi dan menganggap Tasawwuf bukan ajaran Islam.
14. Sangat anti dengan Sifat 20 pada Allah Ta’ala.
15. Menuduh Imam Abu Hasan Asy’ari telah bertobat dari aqidah Asy’ariyah, aqidah yang diyakini oleh kebanyakan ummat dan para ulama terdahulu.
16. Menolak Ta’wil dalam bab Mutasyabihat.
17. Menuduh Ayah dan Ibu Rasulullah kafir dan tidak akan selamat dari neraka.
18. Menuduh syirik Tawassul, Tabarruk dan Istighatsah dengan para Anbiya, Aulia dan Shalihin.
19. Sering mengajak kembali ke al-Quran dan Sunnah dengan meninggalkan ilmu yang telah diwariskan oleh ulama.
20. Sangat anti dengan pendapat Imam Madzhab dan pengikut Madzhab.
21. Mudah membid’ah-sesatkan amalan yang tidak sharih dan shahih menurut mereka.
22. Menuduh Maulid, Tahlilan dan Yasinan itu tasyabbuh dan sesat.
23. Menyamakan orang baca al-Quran di kuburan dengan penyembah kubur.
24. Menamakan diri dengan Salafi dan tidak mengakui nama Wahabi, seolah-olah Wahabi itu hanya fiktif.
25. Dan masih sangat banyak lagi ajaran-ajaran yang disusupi oleh mereka ke dalam Islam.

NB. Penting:

Dari si Mbah Kyai Munir alias Begawan Semprul

Menghancurkan Makam Sahabat

Sebenarnya tidak perlu berhujan dalil bergerimis hujjah dan berbanjir Ayat untuk mengatakan para pembongkar Makam itu adalah BIADAB. Mereka yang tidak buta mata dan hati tentunya tahu dan melihat bahwa Sayyidina wa Nabiyyina Muhammadin Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dikuburkan dalam sebuah bangunan, disusul pula oleh kedua Sahabatnya yang mulia Sayyidina Abi Bakrin dan Sayyidina ‘Umar Rodliyallahu ‘anhuma. Apakah ketiganya memang sengaja dikuburkan agar bangunan yang melindunginya dihancurkan?

Sayyidina ‘Ali Karromallahu wajhah yang mengemban perintah dari Nabi yang katanya diutus untuk meratakan kuburan dan menghapus Gambar (bernyawa) juga ternyata tidak bertindak menghancurkan bangunan itu. Apakah Sayyidina ‘Ali kalian tuduh sebagai pembangkang perintah Nabi? Atau beliau kalian tuduh sebagai pecundang yang tak sanggup melaksanakan perintah Kekasihnya?

Dari Abu Al-Hayyaj Al-Asadi dia berkata: Ali bin Abu Thalib berkata kepadaku:

أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ

“Maukah kamu aku utus sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutusku? Hendaklah kamu jangan meninggalkan gambar-gambar kecuali kamu hapus dan jangan pula kamu meninggalkan kuburan kecuali kamu ratakan.” (HR. Muslim no. 969)

Okelah, mungkin saking hormatnya terhadap orang orang yang dikubur di dalam bangunan itu sehingga Sayyidina ‘Ali membuat pengecualian, tetapi sebutkan satu riwayat saja bahwa Sayyidina ‘Ali dan para Sahabat yang lebih memahami Sabda Nabinya pernah menghancurkan sebuah makam.

Apakah para pengaku pejuang sunnah itu lebih memahami inti dari perintah Nabi seperti yang tersebut didalam riwayat diatas?

Dan sebutkan satu penaklukan oleh para salaf yang dimulai dengan penghancuran Makam, jika memang alasan yang mereka pakai adalah menciptakan pemerintahan yang Syar'i.

Jika ada wahhabi yang tidak terima dengan tulisanku ini, aku siap berdialog!!!!


fb: Zainal Wong Wongan