Halaman

Selasa, 16 April 2013

Hakikat Kebenaran

Seorang murid di pondok pesantren sedang berdialog dengan gurunya tentang hakikat kebenaran.

"Guru, mengapa ada orang yang suka menganggap orang lain sesat?"

"Tentu karena dirinya sudah merasa yang paling benar."

"Tapi apa sikap demikian bisa dibenarkan?"

"Menurut dia tentu dirasa sudah benar."
"Menurut Tuan Guru?"

"Bagiku tak perlu kebenaran. Yang penting kebenaran itu menurut Allah. Bagi orang tersebut apa yang diucapkannya adalah orang lain sesat. Itu lantaran dari sangat kuatnya keyakinan dia."

"Jadi keyakinan yang kuat itu bisa menimbulkan vonis-vonis 'sesat' yang dialamatkan kepada orang lain?"

"Ya, karena ia telah bisa menarik garis tegas yang memisahkan antara yang benar dan yang salah. Ia sangat yakin terhadap itu. Dan karenanya ia siap mati." 

"O...kalau begitu aku mundur berguru kepada dia. Jangan-jangan orang seperti itu hanya mengajar bertuhan kepada 'keyakinannya sendiri', bukan kepada Allah."

 ---

"Kebenaran",

dicomot dari buku 'Soto Sufi dari Madura'
karya D. Zawawi Imron, hlm. 56-57.